Pasien Membeludak, RSU Dr Soetomo Ubah Desain Ruang Covid-19
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo terus melakukan pembenahan terkait desain ruang unit gawat darurat yang digunakan untuk merawat pasien-pasien terpapar virus corona atau Covid-19.
Hal itu dilakukan pasca 12 dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dari Fakultas Kesehatan Universitas Airlangga yang positif Corona.
Namun, tak hanya perkara kasus 12 PPDS positif Covid-19, banyaknya pasien yang setiap hari datang ke rumah sakit membuat terjadinya penumpukan pasien.
“UGD waktu itu kita setting sebagai sistem triase, namun dengan membludaknya pasien, sekarang kita ubah bisa 20-30 perhari, apalagi yang hamil dengan Covid juga dikirim ke sini. Saya minta RS yang bisa melakukan sekso sesaria (persalinan cesar), bisa melakukan partus normal (persalinan normal). Jangan semua yang hamil dengan Covid dikirim ke Soetomo. Ini Soetomo sudah penuh,” kata Direktur Utama RSU dr Soteomo, Dr Joni Wahyuhadi, Selasa 23 Juni 2020.
Walau begitu, pihaknya tak tinggal diam melihat kondisi RS saat ini. Ia berusaha agar dalam waktu cepat ada ruangan baru yang bisa digunakan untuk menampung pasien Covid-19. Termasuk di UGD yang menjadi salah satu pintu masuk pasien Covid.
“UGD karena sistem treasenya sudah tidak bisa dipertahankan maka harus dirubah. Jadi kita setting ulang (redesign) UGD, nanti di UGD kita sendirikan ruang khusus Covid dan non Covid,” ungkap.
Ruang perawatan ini diperluas hingga bagian belakang UGD, yakni sebagian area parkiran akan digunakan untuk melakukan penapisan dan belakang buffer zone akan disulap menjadi ruangan pelayanan Covid-19 yang dilengkapi dengan alat tekanan negatif.
Dengan banyaknya pasien tersebut, dan jumlah tenaga yang tidak sebanding dengan jumlah pasien tak salah apabila banyak kasus perawat atau dokter yang terpapar Covid-19. Termasuk 12 PPDS dari Unair.
Joni mengaku, bahwa pihaknya telah membuat SOP bagi semua aspek mulai perawat sampai PPDS dalam melakukan penanganan Covid-19.
“Kalau case tinggi rumah sakit akan jadi korban. Seberapa bagus proteksi yang dilakukan rumah sakit, tidak pernah ada satupun di dunia yang tenaganya tidak terpapar Covid karena virus gak terlihat. Kemenkes sudah buat protokol kerja, dalam pelaksaan pasti ada kekurangan karena ini hal baru. Dulu juga gak ada kuliah covid bagaimana penanganan Covid,” katanya.
Advertisement