Pasien Covid-19 Meninggal Setelah Ditolak 5 RS di Mojokerto
Seorang ibu muda pasien Covid-19 yang kondisinya kritis di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur meninggal dunia ruang isolasi rumah sakit swasta. Sebelum meninggal pasien Covid-19 itu sempat ditolak lima rumah sakit di Mojokerto.
Ibu muda itu adalah Wahyu Syafiatin alias Titin 32 tahun, warga Desa Warugunung, Kecamatan Pacet, Mojokerto. Menurut laporan dari pihak keluarga, perempuan dua anak itu awalnya mengeluhkan sakit demam dan sesak napas pada Kamis 22 Juli 2021 sekitar pukul 01.00 WIB.
Saat itulah sang suami, Suyanto 38 tahun membawa istrinya mencari pengobatan di rumah sakit. Hasilnya, tidak mendapatkan tempat untuk berobat sang istri lantaran ditolak oleh lima rumah sakit dengan berbagai alasan. Yakni RS Dian Husada, RSI Sakinah, RS Kartini, RS Mawaddah Medika, serta RSUD Prof dr Soekandar. Akhirya, Suyanto membawa istrinya pulang kembali.
Keesokan harinya, pukul 05.00 WIB, sang suami menghubungi kakak keponakan istrinya untuk meminta bantuan. Saat itu kondisi korban sudah tidak sadarkan diri, kemudian kakak pasien mengecek saturasi oksigen dengan oximeter, hasilnya saturasi oksigen Titin di angka 40 persen. Kakak pasien pun lansung menghubungi mobil ambulans milik relawan.
“Adik saya sudah tidak sadar, dicek pakai oximeter itu saturasi oksigen 40 persen. Kemudian dikasih bantuan pakai oksigen kecil akhirya bisa sadar tapi untuk bernapas masih susah,” kata Edwin Riki kakak keponakan pasien kepada Ngopibareng.id, Sabtu 24 Juli 2021.
Tak berpikir lama suami dan kakak keponakan Titin, dibantu dengan relawan membawa pasien mencari rumah sakit kembali karena kondisi pasien semakin kritis. Menggunakan mobil ambulans milik relawan pasien dibawa menuju rumah sakit yang ada di kawasan Kecamatan Mojosari, Mojokerto. Pertama, paisen dibawa ke Rumah Sakit Kartini yang ada di jalan Airlangga Kelurahan Kauman, karena penuh pasien pun ditolak oleh Rumah Sakit tersebut.
“Kemudian kami bawa ke RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari lewat pintu belakang, kami diminta kembali katanya yang di belakang untuk non Covid-19, khusus Covid-19 lewat pintu depan,” ujar Riki.
Khawatir dengan kondisi pasien yang semakin kritis, mobil ambulans milik relawan tersebut langsung membawa pasien ke RS Mawaddah Medika Kecamatan Ngoro, Mojokerto. Di sana pun sama, pasien ditolak oleh pihak RS karena stok oksigen kosong. Kemudian pasien kembali dibawa ke RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari lewat pintu depan atau sisi utara.
“Sampai di situ pintu gerbang digembok, saya klakson-klakson cuek tidak ada yang mendatangi kami. Akhirnya saya turun masuk ke IGD laporan kalau adik saya saturasinya tinggal 25 sampai 30 persen butuh oksigen tekanan tinggi secepatnya. Kata perawatnya tidak bisa karena masih observasi pasien lain padahal di situ saya lihat cuma ada 3 sampai 4 pasien dan bed masih ada yang kosong, bahkan tenda BNPB itu juga kosong tidak ada pasien,” tegas Riki.
Menurut Riki, informasi dari perawat yang ada di IGD RSUD Prof Dr Soekandar selain masih menangani pasien observasi, tenaga kesehatan di rumah sakit plat merah itu banyak yang terpapar Covid-19.
“Katanya nakesnya kurang, banyak yang terpapar Covid-19. Sedangkan nakes yang lain masih observasi pasien lain,” ujarnya.
Melihat kondisi adik yang semakin kritis, Riki tetap berusaha meminta kepada perawat di IGD RSUD Soekandar untuk bisa memberikan pertolongan pertama kepada adiknya.
“Adik sudah tidak sadar di dalam ambulans depan pintu gerbang yang digembok itu. Kami tunggu 10 menit untuk negosiasi supaya dapat pertolongan oksigen karena kita pakai oksigen kecil di dalam ambulans itu. Tetap tidak bisa meski hanya minta bantuan oksigen dibawa ke mobil,” tegasnya.
Riki kemudian menghubungi salah satu dokter yang ada di RS Sakinah Kecamatan Sooko, Mojokerto. Meski penuh ia diminta oleh dokter segera membawa adiknya ke rumah sakit tersebut karena kondisinya semakin kritis.
“Kita telwpon dokter di Rumah Sakit Sakinah katanya juga sama penuh. Tapi saya bilang ini saturasinya 25 sampai 30, akhirnya diminta secepatnya bawa ke Rumah Sakit Sakinah,” ceritanya.
Sampai di RS Sakinah sekitar pukul 06.30 WIB, pasien langsung diberikan pertolongan oksigen meski harus ditangani di depan pintu masuk IGD karena bed di RS tersebut penuh. Saat masuk IGD Sakinah langsung dites swab antigen, hasilnya positif. Hasil swab PCR keluar Jumat 23 Juli 2021 hasilnya juga positif. Sedangkan hasil rontgen paru-parunya putih semua karena Corona.
“Memang penuh rumah sakitnya. Tapi adik saya saturasinya bisa naik cepat sampai 70 dia sadar, tapi satu jam drop lagi naik turun seterusnya seperti itu,” ujarnya.
Jumat siang akhirnya pasien dipindah ke ruang isolasi RS Sakinah karena dari hasil swab PCR dinyatakan positif Covid-19. Namun tetap saja kondisi saturasi oksigennya masih belum bisa stabil. Selain terpapar Covid-19 ibu muda itu juga mempunyai riwayat sakit asma.
“Akhirnya adik saya pukul 21.00 WIB, menghembuskan napas terahir dan dimakamkan dengan protokol kesehatan,” ungkapnya.
Sementara saat ini Suyanto sang suami menjalani isolasi di Posdes Desa Warugunung Kecamatan Pacet, karena hasil swab antigen dinyatakan positif Covid-19. “Tadi saya dan suami adik keponakan saya swab antigen, hasilnya saya negatif dan suaminya positif. Kedua anaknya, alhamdulillah sehat semua,” jelasnya.
Riki berharap kesulitan mendapatkan layanan di rumah sakit tidak dialami pasien lainnya di Kabupaten Mojokerto. Terlebih lagi pasien yang kondisinya sudah kritis seperti almarhumah Titin.
"Masyarakat juga sangat butuh ambulans dan oksigen. Namun, pinjam ambulans puskesmas sulit. Pemerintah Kabupaten Mojokerto ngeshare oksigen gratis, tapi saat didatangi habis. Yang digratiskan berapa kuota?," tandasnya.