Pascasarjana UB Bahas Pemulihan Pasca Bencana Erupsi Semeru
Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya (UB) menggelar diskusi dengan pembahasan “Pemulihan Sosial-Ekonomi Masyarakat Terdampak Erupsi Gunung Semeru” melalui virtual untuk memperingati Dies Natalis ke-40.
Diskusi ini menghadirkan narasumber di antaranya Bupati Lumajang, Thoriqul Haq, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, Budi Santosa. Lalu Komandan Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, Laksamana Pertama TNI, Avando Bastari dan Project Manager-Education Development Center, Nina Hendarwati.
Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mengatakan bahwa pemerintah daerah dalam menyusun langkah-langkah pemulihan pasca bencana erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021, lalu harus berkejaran dengan waktu. "Dalam waktu singkat kami harus memikirkan terkait evakuasi, relokasi, distribusi bantuan dan logistik," ujarnya, pada Selasa 1 Maret 2022.
Terkait pemulihan pasca bencana kata Thoriq, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang sudah difasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK) berupa lahan relokasi.
Dua lahan relokasi tersebut terletak di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro seluas 81,55 hektar dan Desa Ombo-Ombo, Kecamatan Pronojiwo seluas 9,44 hektare.
"Kami sampaikan bahwa nanti di kompleks relokasi ada mini stadion pasar, auditorium. Masing-masing warga mendapatkan lahan 140 meter persegi. Lahan yang dahulu tetap menjadi milik mereka. Akhirnya mereka mau direlokasi," katanya.
Sementara itu, Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur, Budi Santosa mengatakan bahwa ada sebanyak 1.955 kepala keluarga (KK) yang akan direlokasi dengan menempati hunian sementara dengan luas 6x4,8 meter. "Pemulihan dari sisi ekonomi perlu dilakukan kegiatan padat karya kepada penyintas bencana erupsi untuk memberikan stimulan ekonomi," ujarnya.
Ditambahkan oleh Project Manager-Education Development Center, Nina Hendarwati mengatakan bahwa pemulihan dari sektor ekonomi pasca bencana merupakan langkah jangka panjang untuk memberdayakan para penyintas. "Ada sekolah lapang bagi perempuan dan pemuda agar bisa mengelola kawasan hutan untuk nantinya dimanfaatkan menambah income," ujarnya.
Selain itu kata Nina, kedua desa yang pernah dilanda bencana erupsi tersebut bisa dijadikan desa wisata bagi masyarakat sehingga dapat berdampak positif bagi para penyintas. "Bisa dijadikan desa wisata yang nantinya bisa dihubungkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) desa sehingga bisa menyentuh masyarakat secara holistik," katanya.