Pasca Kerusuhan Papua, Khofifah Wacanakan Bangun Asrama Nusantara
Pasca kerusuhan yang terjadi di Papua, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggagas pendirian asrama mahasiswa nusantara. Asrama tersebut nantinya menghimpun mahasiswa dari berbagai daerah.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyatakan dengan berkumpulnya mahasiswa dari berbagai daerah dalam satu lingkungan, diharapkan bisa menumbuhkan rasa kebhinekaan di antara jiwa para mahasiswa. Terutama yang tengah menempuh pendidikan di Jawa Timur.
"Kita akan siapkan, misalnya diplot Papua berapa, Kalimantan berapa, Sulawesi berapa. Kan kita ini kebhinekaannya banyak yang lapis-lapis luar, belum kebinekaan substantif," ucap Khofifah.
Dengan demikian, Khofifah meyakini, dalam diri para mahasiswa akan timbul bagaimana menjadi Indonesia yang memiliki beragam suku, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Dengan demikian, ke depannya akan muncul saling percaya dan saling respek antar sesama mahasiswa, utamanya yang menempuh pendidikan di Jatim.
"Maka dalam diri mereka (mahasiswa) timbul bagaimana menjadi Indonesia dengan beragam suku, beragam bahasa, adat istiadat, dan akhirnya tepo selironya akan muncul. Di situlah akan muncul understanding, muncul trust, ada muncul respek, di antara mereka yang berasal dari berbagai daerah," ujarnya.
Mantan Mensos tersebut juga meyakini, dengan terjalinnya rasa percaya dan hormat antar mahasiswa dari berbagai daerah, maka gesekan-gesekan bisa diminimalisir. Karena, para mahasiswa tersebut tidak lagi mengedepankan kepentingan sukunya sendiri, melainkan mengutamakan rasa ke-Indonesiaan-nya.
"Jadi ini akan memanggil memori kita semua bagaimana sebetulnya Young Java, Young Celebes, Young Kalimantan. Itu semua mereka mengikatkan dirinya untuk bersama-sama mempunyai komitmen. Inilah tumpah darah kita Indonesia, kami punya bahasa Indonesia, dan seterusnya," kata Khofifah.
Sebelumnya, diberitakan jika buntut dari kekerasan yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, memunculkan kerusuhan di Manokwari dan Jayapura. Warga di Papua tidak terima jika para mahasiswanya yang sedang berkuliah di luar Papua, mendapatkan perlakuan yang semena-mena.
Apalagi, dalam kekerasan tersebut sempat muncul kata-kata makian yang tak pantas diucapkan. Amarah menjadi semakin membesar setelah beredar kabar di media sosial yang menyebut jika akan ada pemulangan mahasiswa asal Papua.