Pasca Kenaikan BBM, Terminal Bayuangga Sepi Penumpang
Seperti efek domino, kenaikan bahan bakar minyak (BBM) memicu naiknya tarif bus baik ekonomi maupun non-ekonomi. Sisi lain, jumlah penumpang bus yang berangkat dan turun di Terminal Bayuangga, Kota Probolinggo jauh merosot dibandingkan sebelum kenaikan BBM.
“Jumlah penumpang turun drastis di hari-hari biasa, memang saat weekend sedikit ramai,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal Bayuangga, Kota Probolinggo, Budi Harjo, Kamis sore, 29 September 2022.
Kondisi sepinya penumpang pasca kenaikan BBM di terminal bus, kata Budi, layaknya saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) semasa Covid-19 merebak.
Budi mengatakan, jumlah penumpang bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) mencapai 400-500 orang/hari. Jumlah ini menurun dibandingkan sebelum kenaikan BBM, yang mencapai 600-1.000 orang per hari.
Sementara itu, jumlah penumpang yang berangkat dari Terminal Bayuangga mencapai 2.000-3.000 per hari. Jumlah ini menurun drastis jika dibandingkan sebelum kenaikan BBM yakni, 3.000-6.000 orang/hari.
Meski kondisi penumpang relatif sepi, kata Budi, sejumlah awak bus memilih tidak melanjutkan perjalanan. Mereka lebih memilih mengoperkan sedikit penumpang ke bus lain, kemudian memasukkan busnya di garasinya di Probolinggo.
“Memang ada sebagian bus yang tetap berangkat meskipun jumlah penumpangnya sedikit. Mungkin bus tersebut berusaha menyisir calon penumpang di tengah perjalanan,” katanya.
Seperti diketahui, sejak BBM dinaikkan pemerintah pusat, Organisasi Angkutan Darat (Organda) Probolinggo Raya langsung menaikkan tarif bus. Tarif bus ekonomi untuk perjalanan Probolinggo – Surabaya yang sebelumnya Rp26.000 dinaikkan menjadi Rp33.000.
Sedangkan tarif bus non-ekonomi (cepat terbatas/patas), untuk trayek Probolinggo – Surabaya yang sebelum kenaikan BBM, Rp 50.000 dinaikkan menjadi Rp60.000.
Sejak kenaikan BBM, sebagian warga yang biasa naik moda transportasi umum seperti bus, beralih naik motor. “Kalau perjalanan jarak dekat, saya lebih suka naik motor ketimbang naik bus. Sebab dengan naik motor, bisa dari rumah langsung ke tempat kerja,” ujar Ali, warga Jalan Letjen Sutoyo, Kota Probolinggo.
Hal senada diungkapkan Hari, warga Kota Probolinggo yang bekerja di kawasan industri di Kabupaten Pasuruan. “Apalagi rumah saya tidak dilewati angkutan kota, lebih baik naik motor dari Probolinggo langsung ke pabrik di Pasuruan,” kata warga Kecamatan Mayangan itu.