Pasca Kebakaran, Kementerian PUPR Akan Bangun Kembali Tiga Pasar Tradisonal
Tahun 2019, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendapatkan tugas tambahan untuk membangun pasar, sekolah/madrasah dan rumah sakit perguruan tinggi. Sebelum mendapat penugasan tersebut, pada tahun 2018, Kementerian PUPR tengah menyelesaikan Detailed Engineering Desain 3 pasar tradisional yang hancur akibat kebakaran. Ketiganya adalah Pasar Atas Bukit Tinggi, Pasar Johar Semarang, dan Pasar Aksara Medan. Konstruksi Pasar Atas Bukittinggi akan dimulai tahun ini, sementara Pasar Johar dan Pasar Aksara dimulai tahun 2019.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan revitalisasi dan pembangunan pasar tradisional oleh Pemerintah bukan swasta menunjukan keberpihakan Pemerintah kepada para pedagang agar nantinya harga sewa kios pasar yang baru tetap terjangkau. "Meski Pasar Atas Bukittingi, Johar Semarang dan Aksara Medan merupakan kewenangan Pemerintah Daerah, namun semua pihak harus turun tangan membantu, termasuk Kementerian PUPR," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono beberapa waktu lalu.
Pasar Atas Bukittinggi mengalami kebakaran hebat pada 30 Oktober 2017 lalu yang menyebabkan sekitar 1.000 lebih kios pedagang di gedung tiga lantai itu ludes terbakar. Umumnya pedagang Pasar Atas menjual pakaian, songket, sulam, makanan dan jenis dagangan lainnya. Penyelesaian bangunan pasar baru akan dilakukan dalam dua tahun, dimana tahun 2018 dianggarkan Rp 58,95 miliar dan tahun 2019 sebesar Rp 295,62 miliar.
Desain gedung Pasar Atas, akan menerapkan prinsip bangunan gedung hijau yaitu hemat energi sehingga mengurangi emisi karbon. Selain itu desain pasar akan dibuat menarik sehingga menambah daya tarik wisata Bukittinggi karena lokasinya berada di pusat wisata Jam Gadang.
“Konsep akan disesuaikan dengan fungsi kota sebagai kota tujuan wisata dengan keselarasan lingkungan dan mempertahankan kearifan lokal mulai dari tahap perencanaan hingga pembangunan dengan melibatkan Pemerintah Daerah,” jelas Menteri Basuki.
Untuk pembangunan Pasar Johar Semarang dilakukan karena terjadi kebakaran pada tahun 2015 yang menghanguskan dua pertiga bangunan pasar. Pasar Johar yang sudah menjadi pusat perdagangan masyarakat Kota Semarang sejak 1938 juga merupakan bangunan bersejarah. Pembangunan kembali akan dimulai tahun 2019, dengan biaya diperkirakan sebesar Rp 174,12 miliar.
Sementara pembangunan Pasar Aksara Medan seluas 1,3 hektar, saat ini tengah dilakukan detail engineering design (DED), dan akan dimulai konstruksinya pada Maret hingga Desember 2019.
Pasar Aksara di Medan mengalami kebakaran pada tanggal 12 Juli 2016. Pedagang yang menjadi korban kebakaran untuk sementara waktu ditampung di badan jalan ex Pasar Aksara, hal ini menyebabkan kemacetan pada titik tersebut.
Pasar Perbatasan sebagai Pusat Ekonomi Baru
Tak hanya di kota, Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan 7 pasar perbatasan sebagai bagian pengembangan kawasan perbatasan sebagai pusat ekonomi baru yang terintegrasi dengan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Tujuh pasar perbatasan yakni di Skouw Papua, Nanga Badau, Entikong, dan Aruk di Kalimantan Barat, Wini, Motaain dan Pasar Motamasin di Nusa Tenggara Timur.
Pada setiap pasar akan terdiri dari kios tertutup dan lapak terbuka dengan total lapak yang akan tersedia adalah 905 buah. Bangunan pasar juga didesain dengan mengakomodir kearifan budaya lokal dilengkapi landsekap.
Di Provinsi Papua, Kementerian PUPR membangun Pasar Skouw dengan biaya Rp 70,24 miliar, dengan progres fisik 93,33% dan ditargetkan rampung pada tahun 2019. "Setelah terbangunnya Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw di Papua, orang banyak datang ke perbatasan untuk melakukan perdagangan, lalu di PLBN Entikong Kalimantan Barat, sekarang kita buatkan pasar di perbatasan. Itu semua untuk membangun wilayah perbatasan sebagai pusat ekonomi baru," kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.
Di Kalimantan Barat, Pasar Nanga Badau dengan biaya Rp 7,33 miliar, progres fisiknya 66,73%, Pasar Entikong dengan biaya sebesar Rp 27,17 miliar, progres fisik mencapai 55,93% dan Pasar Aruk dengan biaya Rp 22,23 miliar progress fisik 71,17%. Pasar Nanga Badau akan rampung tahun 2018, sementara Pasar Entinkong dan Pasar Aruk ditargetkan rampung pada tahun 2019.
Di Nusa Tenggara Timur, Pasar WIni dibangun dengan biaya Rp 12,82 miliar, saat ini progres sudah 92,12%, Pasar Motamasin dibangun dengan biaya Rp 9,6 miliar sudah 99%, Pasar Motaain dengan biaya Rp 14,24 miliar, progres fisik sudah 86,76%. Ketiga pasar tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2018. (frd)