Pasca Banjir, Dua Alat Berat Bersihkan Lumpur di Probolinggo
Setelah dilanda banjir bandang selama dua hari berturut-turut, endapan lumpur tebal menutupi permukiman, jalan, dalan lahan pertanian di dua desa di Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.
Pemkab Probolinggo pun mengerahkan dua alat berat (escavator) untuk membersihkan endapan lumpur setebal 30-50 Centimeter di dua desa, Dringu dan Kedungdalem, Senin, 3 Maret 2021.
“Kami mengerahkan dua alat berat yakni, escavator dan mini escavator untuk membersihkan endapan lumpur terutama di jalan-jalan di Desa Dringu dan Desa Kedungdalem,” kata Wakil Bupati (Wabup) Probolinggo, HA. Timbul Prihanjoko saat meninjau lokasi banjir, Senin 1 Maret 2021 siang.
Wabup menambahkan, untuk mengatasi banjir bandang di Kecamatan Dringu tidak bisa hanya diselesaikan oleh Pemkab Probolinggo. Soalnya, Sungai Kedungdalem yang meluap merupakan kewenangan Pemprov Jatim.
Seperti diketahui, banjir bandang selama dua hari, Sabtu-Minggu malam, 27-28 Februari 2021 dipicu jebolnya sejumlah titik tanggul Sungai Kedungdalem. Sungai tersebut berhulu di lereng atas pegunungan Bromo dan bermuara di Desa Dringu, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.
“Sungai Kedungdalem sudah sering meluap dan mengakibatkan banjir, tetapi banjir dua hari, Sabtu dan Minggu kemarin luar biasa besarnya,” kata Happy Lailatuansyah, warga Dusun Krajan Bandaran, Desa Dringu.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPBD) Kabupaten Probolinggo mencatat, sebanyak 1.650 kepala keluarga (KK) atau setara 7.000 jiwa di Dringu dan Kedungdalem terdampak banjir bandang.
Selain membersihkan endapan lumpur, Pemkab Probolinggo juga mengevaluasi kinerja sejumlah instansi terkait dalam menangani korban banjir. Soalnya, muncul keluhan puluhan warga di Gang Asoka, Dusun Krajan Bandaran yang tidak mendapatkan jatah nasi bungkus dari dapur umum yang dibuka di halaman kantor Kecamatan Dringu.
“Karena tidak kebagian nasi bungkus, kami makan seadanya. Kami terpaksa masak mie dengan air kotor. Keponakan saya sampai menangis karena kelaparan,” ujar Sri Lestari, warga Gang Asoka.
Menanggapi keluhan pembagian nasi bungkus tidak merata, Wabup Timbul menjanjikan, makanan akan dibagi dari pintu ke pintu. “Biar merata, nasi bungkus akan diantarkan door to door,” katanya.
Berdasarkan pengamatan, pembagian nasi bungkus yang tidak merata diduga karena keterbatasan sarana dan prasarana di dapur umum. Dapur umum satu-satunya itu dinilai tidak mampu melayani sekitar 1.650 KK atau setara 7.000 warga yang terdampak banjir.
Hal senada diakui Holifah, Koordinator Dapur Umum Tagana Kabupaten Probolinggo. Soalnya, peralatan masak yang digunakan tidak mampu menghasilkan suplai makanan dalam jumlah besar.
“Kalau bencana dengan kapasitas kecil, kami masih bisa melayani tetapi sekarang ini korban banjir di Kecanatan Dringu jumlahnya ribuan,” katanya.
Holifah menambahkan, dapur umum yang dikelolanya hanya satu unit dengan kapasitas 25 kilogram beras dalam sekali masak. “Selesai masak kami ditsribusikan 2.000 bungkus nasi, setelah itu masak lagi demikian seterusnya,” katanya.
Advertisement