Pasar Rimba Jadi Sentra Holtikultura Organik Belitung
Destinasi digital Pasar Rimba Belitung menjelma sebagai sentra holtikultura. Bukan hanya bagi wisatawan, mereka juga menjadi pemasok produk pertanian di market Belitung. Variannya sangat beragam, kapasitas produksinya pun menjanjikan.
Pasar Rimba Belitung berada di Jalan Bandara, Manggar, Pembaharuan Badau, Belitung. Selain tempat nongkrong anak-anak muda, destinasi digital ini juga menghasilkan produk berupa holtikultura. Beragam sayuran dan buah diproduksi mandiri dari lahan sendiri.
“Kami memiliki banyak produk pertanian. Kami kelola sendiri. Bibit yang ditanam adalah jenis unggul. Sayuran dan buah hasil budidaya Belitung jadi daya tarik Pasar Rimba. Secara reguler, kami juga tetap menyajikan beragam olahan produk asli dari Belitung,” ungkap Juragan Pasar Rimba Belitung Chandra.
Menyambut Tahun Baru 2019, Pasar Rimba Belitung menyajikan event khusus. Minggu 30 Desember hingga Selasa 1 Januari 2019 Pasar Rimba beroperasi terus. Lapak dibuka mulai pukul 11.00 WIB hingga 15.00 WIB. Menu yang ditawarkannya khas Negeri Laskar Pelangi. Ada Mie Rebus, Soto, Pempek khas Belitung, juga masih banyak lagi.
Selain lapaknya, restoran Pasar Rimba juga menyediakan Kulat Lampa dan Nasi Gemuk. Minumannya spesial. Pasar Rimba menyediakan sirup markisa, jerus kunci, hingga jeruk lemon. Dan, kesemuanya ini produk asli Pasar Rimba. Chandra menambahkan, menambah kemeriahan disediakan juga parade musik terbaik sebagai hiburan.
Dalam kesempatan itu, Pasar Rimba memajang beragam produk pertanian. Memiliki modal berupa luas lahan 30 hektar, Pasar Rimba membaginya jadi beberapa zona. Selain lapak, lahan diprioritaskan untuk pengembangan permainan, holtikultura, dan perikanan. Area holtikultura terbagi menjadi sayuran dan buah-buahan.
Zonasi sayuran ini menempati 4 buah green house. Luasan green house 15x30 Meter dengan treatment utama pertanian organik. Setiap green house ditanami beragam jenis sayuran. Komposisinya lengkap, yaitu beragam jenis sawi, kangkung, tomat, edamame, dan bayam. Untuk sawi, variannya terdiri dari sendok, pait, taiwan, manis, dan bangkok. Masa panen 5 minggu, kapasitas produksinya 25 Kilogram.
Untuk edamame, durasi panen per 10 pekan. Tanaman ini menghasilkan produk 30 Kilogram per panen. Khusus bayam, produksinya 25 kilogram per 3 minggu panen. Tomat mampu menghasilkan produksi 20 Kilogram per pekannya. Chandra menambahkan, Pasar Rimba pun tetap menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar. Mereka menyediakan lapak khusus hasil pertanian warga sekitar.
“Hasil pertanian kami distribusikan secara rutin di pasar Belitung. Kami sudah memiliki link penjualan. Selain itu, kami juga tetap menyisakan produk pertanian untuk dijual di Pasar Rimba. Yang jelas, kami ini juga memasok produk pertanian milik warga sekitar. Sebab, kami kuwalahan memeunhi permintaan pasar yang besar. Hal sama juga berlaku bagi buah-buahan,” lanjut Chandra lagi.
Kolesi buah Pasar Rimba sangat beragam jenisnya. Menempati areal 6 Hektar, koleksi tanaman buah terdiri dari Sirsak, Mangga, Sawo, Rambutan, Manggis, Sukun, Matoa, Nangka/Cempedak, Jambu, Durian, dan Jeruk hingga Rosela. Untuk Mangga varietasnya ada Gincu, Apel, Bangkok, dan Bangka Arumanis. Jambunya beragam, ada MDH Medan, Citra, King Rose, Jamaika, Krista, hingga Jambu Biji.
“Pasar Rimba ini visinya luar biasa. Mereka sejak awal mengambil konsep vegetarian dan berhasil. Pasar ini berkembang jadi industri holtikultura. Dengan luas lahannya, kapasitas produk petanian pasar ini akan berkembang. Memiliki konsep dan market jelas, cepat atau lambat akan ada investor yang masuk ke sana. Nilai bisnis pasar ini tinggi,” terang Koordinator GenPI Nasional Mansyur Ebo.
Menegaskan industri pertanian, buah-buahan koleksi Pasar Rimba juga menghasilkan inkam besar. Pasar ini pun kreatif dengan produk olahan dari Markisa. Meski demikian, mereka tetap menyediakan buah Markisa. Markisa ini sudah dipanen perdana dengan kapasitas produksi 3 Ton. Kini, Pasar Markisa ini setiap pekannya memanen sekitar 100 Kilogram buah Markisa.
“Inspirasi besar telah diberikan Pasar Rimba. Mereka memiliki beragam sumber inkam potensial reguler. Arah destinasi digital sebenarnya seperti ini. Pelaku pasar harus peka menangkap potensi kuat yang ada. Apa yang dilakukan Pasar Rimba ini bisa ditiru oleh yang lainnya. Sebab, nilai ekonominya tinggi,” tegas Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi dan Media Kemenpar Don Kardono.
Untuk Matoa, buah ini sudah dipanen November kemarin dengan kapasitas produksi 100 Kilogram. Saat ini beberapa varietas yang sedang berbuah adalah Rambutan dan Alpukat. Dengan pesona menarik yang ditawarkan, sepanjang 2018 rata-rata Pasar Rimba dikunjungi 1.000 pengunjung. Setiap pekan rata-rata ada 30 wisman, lalu wisnusnya minimal 500 orang per minggu.
Menariknya lagi, wisman penikmat produk holtikultura Pasar Rimba datang juga dari Eropa. Namun, dominasi konsumen tetap datang dari Singapura dan India. Memiliki potensi besar, Pasar Rimba pun memiliki resolusi untuk 2019. Mereka akan menambah lagi kapasitas produksi holtikulturanya. Pasar ini juga mengembangkan perikanan, selain berbagi kemeriahan melalui zonasi permainan.
“Kami gembira mendengar pertumbuhan positif Pasar Rimba ini. Profil mereka sebenarnya sudah ideal untuk menjaring investor. Semua potensi mendukung untuk mengembangkan industri pertanian. Lahan mereka luas, pasarnya sudah jelas. Mereka ini jeli membaca peluang. Sebab, Belitung juga membutuhkan produk pertanian seperti sayur dan buah,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya. (*)