Pasar Nol Kilometer 5, Konsisten Asah Peduli dan Semangat Berbagi
Gelaran Pasar Nol Kilometer (PNK) kembali digelar warga Wisma Penjaringan Sari (WPS), Surabaya, Minggu, 14 Juni 2020 sore. Seperti empat gelaran yang diadakan sebelumnya, PNK kali ini juga menyediakan stok sembako murah untuk warga.
"Selaras dengan komitmen kami, produk sembako yang kami pasarkan dijual sesuai harga kulakan. Artinya kami tidak mengambil margin laba sepeserpun," kata Sony Adinawan, koordinator sekaligus penanggung jawab Pasar Nol Kilometer.
Dijelaskan, lahirnya PNK muncul setelah beberapa warga mengeluh karena pandemi Covid-19 sudah berimbas ke ekonomi keluarga. Ada yang bisnisnya mandeg, dirumahkan, ada juga yang tidak berani keluar dari area perumahan.
"Kita tidak tahu, sampai kapan problem ekonomi yang muncul sebagai imbas pandemi akan berakhir. Yang jelas, kami pengurus rukun tetangga di WPS bersepakat untuk gotong royong membangun ketahan pangan bersama," kata pengusaha yang akrab dipanggil Wawan ini.
Sejak diluncurkan 3 Mei 2020 lalu, PNK mencoba konsisten bergerak dengan semangat berbagi. Dari gelaran kedua misalnya, tim PNK mendapat margin laba yang diperoleh dari donasi pembeli sebesar Rp676.500.
Keuntungan ini kemudian dibelanjakan menjadi enam paket sembako dan kemudian dibagikan pada warga. Hal yang sama juga dilakukan usai PNK ke-3 dan 4.
"Daftar penerima sembako diperoleh dari rekomendasi ketua RT. Penyerahan juga kami lakukan bersama ketua RT yang bersangkutan," kata Wawan.
Gelaran PNK yang minggu ini jadi kegiatan ke-5, diam-diam terus mengundang apresiasi warga. Selain merasa dimudahkan dalam belanja bahan kebutuhan pokok, mereka juga merasa aman karena protokol kesehatan selama belanja.
Di area PNK, protokol anti Covid-19 ini diberlakukan lewat aturan kewajiban mengenakan masker, penyediaan hand sanitizer, hingga sistem antre yang mendukung physical distancing.
"Kasir juga wajib mengenakan face shield, masker, dan sarung tangan. Begitu juga petugas lain yang langsung berinteraksi dengan pembeli," ujar Wawan.
Apresiasi lain juga datang dari penyelenggara pemerintahan di Kelurahan Penjaringan Sari, Rungkut, Wakil Ketua Komis B DPRD Kota Surabaya Anas Karno, dan Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono, yang hadir pada gelaran PNK hari ini.
Di depan pengunjung bazar sembako ini Adi mengatakan, untuk meminimalisir dampak Covid-19, kita perlu terlibat untuk membangun benteng pertahanan diri. Menjaga kesehatan, dengan mentaati aturan Covid-19 yang berlaku, dan terus memperkuat kualitas ekonomi.
Untuk tuntutan terakhir, kata Adi, masyarakat perlu bekerja sama, atau bergotong royong agar lebih mampu bertahan. Untuk itu ia sangat menghargai upaya warga dalam penyelenggaraan PNK ini.
"Saya berharap kawan-kawan tetap konsisten dalam upaya membantu pemerintah dan warga. Dan kegiatan warga seperti Pasar Nol Kilometer merupakan langkah yang sangat berarti," tandas Adi.
Melengkapi pernyataan ini, Anas Karno mengatakan, ia sangat menghargai inisiatif warga Wisma Penjaringan Sari ini. "Karena dampak Covid-19 tidak hanya di sisi kesehatan. Tapi juga psikologis dan ekonomi," kata Anas.
Jika ekonomi rakyat jatuh, dampak pandemi bisa makin buruk. Apalagi di banyak kasus, ekonomi yang sudah terlanjur jatuh akan butuh proses panjang untuk bangkit dan kembali normal seperti dulu.
"Masyarakat kita butuh gagasan kreatif. Agar roda ekonomi terus berputar. Agar setiap orang punya kesempatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tumbuh dan bangkit," tegas Anas.
Gagasan bazar murah di banyak tempat memang bermunculan. Tapi, kata Anas, Pasar Nol Kilometer dikelola dengan manajemen yang berbeda. Sembari berbelanja, warga diajak untuk berdonasi lewat mekanisme yang ringan. Misal, menjadikan uang kembalian sebagai donasi.
Setelah donasi terkumpul, penyelenggara merupakan 'laba' ini jadi paket-paket sembako baru lalu diberikan pada warga yang berhak. "Ini cara yang berbeda. Warga berbelanja, tanpa disadari ikut berdonasi," pujinya.
Terkait upaya untuk mengembalikan roda ekonomi warga, Anas menilai jika ini sudah tidak terlekakkan. Upaya tim medis untuk menemukan vaksin dan obat terus berjalan. Di sisi lain, hak warga untuk hidup lebih baik secara ekonomi harus tetap diupayakan. (*)