Pasar Bandeng Imlek Rawa Belong, Peminatnya Orang Betawi
Setiap menjelang perayaan Imlek, di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, berubah menjadi pasar bandeng jumbo. Artinya bandeng yang dijual oleh para perdagangan musiman tersebut beratnya rata-rata di atas 1 kg per ekor. Bahkan ada yang beratnya mencapai 3 kg.
Pasar bandeng menjelang perayaan Imlek, sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sehingga pedagang yang ada sekarang merupakan generasi penerus.
"Saya hanya generasi penerus. Yang pertama jualan engkong saya, setelah meninggal diteruskan bapak saya, sekarang saya yang menggantikan setelah bapak meninggal," kata Jaelani, seorang pedagang bandeng di Rawa Belong, ketika ditemui di lapaknya, Sabtu 21 Januari 2023.
Di kawasan Rawa Belong Palmerah ini terdapat sekitar 25 pedagang bandeng musiman. Mereka membuka lapak di atas trotoar mengakibatkan arus lalu lintas di kawasan Rawa Belong arah Palmerah, Kebayoran Lama dan Jalan Kemanggisan macet, terhalang oleh kendaraan pembeli bandeng.
Jaelani yang sekarang berusia 58 tahun bercerita, bahwa ikan bandeng ini erat kaitannya dengan perayaan Imlek. Menurut keyakinan orang Tionghoa, makan bandeng bersama keluarga menjelang Imlek akan membawa keberuntungan. Sehingga dulu banyak orang Tionghoa yang belanja bandeng di Rawa Belong.
Pada perkembangannya, keyakinan itu pudar, anak-anak muda tidak mengenalnya lagi. "Kalau diperhatikan pembelinya 99,99 persen orang Betawi, bukan orang Tionghoa. Sebab itu, pasar bandeng di Rawa Belong ini tidak seramai dulu," kata Jaelani.
Bagi masyarakat Betawi sendiri, bandeng mempunyai arti lain, yakni sebagai simbul kesetiaan kepada orang tua maupun mertua.
Meskipun tidak ada hubungannya dengan perayaan Imlek, orang Betawi membeli bandeng sebagai bawaan ketika berkunjung ke rumah orang tua. "Menurut budaya orang Betawi, kalau berkunjung ke orang tua tidak membawa masakan bandeng, dianggap anak yang tidak tahu diri, tidak hormat pada orang tua, cerita engkong saya dulu begitu," ujar Jaelani.
Para pedagang ikan bandeng di Pasar Rawa Belong, umumnya hanya menyiapkan lapak, sedang ikannya dipasok olehi nelayan dari Indramayu, Brebes, dan Muara Angke.
Harga per ekornya beragam, tergantung ukuran beratnya. Seekor bandeng yang beratnya di atas 2 kg, Per kilonya dijual Rp90 ribu. Sedangkan yang kurang dari 2 kg harganya lebih murah, Rp60 ribu per kilonya. Setiap pedagang juga menyediakan jasa pelepas duri.
Dari pengamatan Ngopibareng.id di lokasi, Pasar Bandeng Rawa Belong saat ini sudah dipenuhi pembeli yang datang dari jauh.
Makna Bandeng Dalam Perayaaan Imlek
Ikan bandeng selalu diburu untuk diolah menjadi hidangan Imlek. Dikutip dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, dalam bahasa Mandarin, ikan memiliki sebutan ‘yu’ yang sama dengan ‘melimpah’. sehingga banyak restoran Tionghoa yang memiliki ikan mas dalam akuarium sebagai lambang rezeki emas melimpah.
Sedangkan mengonsumsi ikan saat Imlek diharapkan bisa membawa mereka memperoleh kemakmuran dan rezeki melimpah di tahun baru. Lantas, apa maknanya konsumsi ikan bandeng saat Imlek?
Bandeng memiliki duri yang banyak. Bagi mereka, ini melambangkan kehidupan manusia yang berliku, sehingga perlu kehati-hatian dan kesabaran demi menikmati hasil yang memuaskan.
Hal ini juga menggambarkan supaya tidak putus asa menghadapi segala rintangan. Selain itu, duri yang banyak juga menggambarkan rezeki tidak akan ada habisnya.
Dalam penyajiannya saat Imlek, ikan bandeng dihidangkan secara utuh dari kepala hingga ekor. Ini merupakan lambang harapan rezeki yang didapat akan mengalir utuh, mulai dari awal tahun hingga awal tahun.
Selain itu, ukuran ikan bandeng juga menjadi simbol harapan. Semakin besar ukurannya, semakin besar pula harapan untuk mendapat rezeki yang melimpah. Tak heran, bandeng jumbo laris manis menjelang Imlek.
Ikan bandeng juga menjadi simbol penghormatan. Anggota keluarga yang tidak membawa ikan bandeng pada anggota keluarga yang lebih tua dianggap tidak punya liang sim atau kesopanan.
Dalam buku “Kuliner Betawi Selaksa Rasa & Cerita”, ikan bandeng biasa diolah sebagai pindang bandeng saat Imlek. Kecap manis digunakan untuk membuat warna kuahnya coklat kehitaman dan menimbulkan cita rasa manis.
Hidangan ini terasa pedas, manis, dan gurih karena perpaduan bumbu cabai merah, bawang merah, bawang putih, jahe, dan lengkuas.
Karena biasa disajikan saat Imlek, tak heran penjual ikan bandeng akan menjamur. Mereka akan berjualan di beberapa lokasi yang merupakan sentra pemukiman Tionghoa keturunan, seperti di Rawa Belong, Meruya, Bekasi, dan Tangerang.
Cerita tentang bandeng dan Imlek selengkapnya dapat dibaca di Perpustakaan Nasional, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Advertisement