Pasang Surut Paham Kebangsaan, Ini Lontaran NU dari Sulut
Manado: Paham kebangsaan merupakan keterkaitan hubungan antara paham agama dan kebangsaan di sebuah negara. Faham ini akan mengalami pasang dan surut tergantung bagaimana rakyat atau umat di negara itu bisa menjaganya dengan baik. Jika kita sebagai rakyat bisa menjaga dengan baik, maka ia akan mengalami masa pasang.
Sebaliknya, jika rakyat Indonesia tidak menjaganya dengan baik, maka paham agama dan kebangsaan yang kita miliki akan tergerogoti oleh paham dan ideologi lain yang akhir-akhir ini sedang berkeliaran di negara kita.
Makna penting dari Munas Alim Ulama dan Konbes NU yang akan berkangsung di Mataram NTB pada 23 - 25 November 2017 mendatang, di antara rangkaian kegiatan Munas Alim Ulama dan Konbes NU adalah Pra Munas dan Konbes yang berlangsung di Manado, Sabtu 11 November 2017, yang mengangkat sub tema NU dan Kebhinekaan. Hal ini penting dalam rangka menjaga dan merawat paham agama dan kebangsaan itu.
Demikian ditegaskan Ketua PBNU, Robikin Emhas yang juga sebagai penanggung jawab pelaksanaan Pra-Munas Alim Ulama dan Konbes di Menado, pada ngopibareng.id, Sabtu (11/10/2017).
Robikin mengajak agar kita sebagai stakeholder bangsa dan negara, khususnya warga NU di Sulawesi Utara, lewat kegiatan Pra-Munas Alim Ulama dan Konbes NU ini untuk senantiasa merawat dan mengembangkan Islam moderat, (Islam Nusantara) dalam negara bangsa, NKRI yang kita cintai ini. "Jangan diganggu oleh paham-pahan radikal, baik dari ideologi berhaluan kiri atau pun kanan," tegasnya.
Sebab, tambahnya lagi, paham agama dan kebangsaan bukan lah paham yang sekali jadi. Ia butuh dirawat dan sipelihara. "Harus kita pelihara terus-menerus. Ini bukanlah faham yang sifatnya taken for granted," pungkas Ribikin dalam Pra Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Zona Indonesia Timur yang berlangsung di Hotel Aryaduta Manado.
Menurut Amin Lasena, Ketua Panitia Daerah Pra-Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Manado ini diharapkan makin mempererat persaudaraan kita sebagai bangsa. Sebab, tambah Lasena, persaudaraan itu bukan cuma saudara segama atau seiman. Tetapi juga persaudaraan yang sifatnya lintas iman.
"Itulah yang di NU dikenal dengan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah," pungkasnya. (adi)
Advertisement