Pariwisata Gandeng Perhutani Lestarikan Hutan
Lahan gundul makin banyak. Setiap musim penghujan seperti sekarang ancaman banjir menjadi anman yang nyata. Pacitan misalnya, hari-hari begini masih berjibaku dengan banjir. Sebab itu, langkah penghijauan lahan gundul menjadi sesuatu yang tak bisa ditawar lagi. Harus digalakkan. Tentu ini bukan hanya tugas Perum Perhutani saja untuk menjaga environment sustainability. Harus menjadi tugas semua orang di Indonesia.
Penanaman hutan kembali harus tiada henti dilakukan. Edukasi sejak dini terkait stakeholders hutan hingga berkolaborasi dengan sektor pariwisata layak menjadi gegap-gempita untuk segera dilakukan. Mengapa pariwisata? “Semakin dilestarikan, hutan itu semakin menyejahterakan. Pelestarian hutan itu harga mati, tidak bisa ditawar-tawar,” kata Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya dihadapan ratusan stakeholder kehutanan saat berbicara soal lingkungan hidup dan kehutanan.
Kata Menpar, konsep pariwisata Indonesia berlaku baik yang di darat, maupun di tepi laut sampai di bawah laut. Contohnya nelayan di Pemuteran Bali, Bangsring Banyuwangi atau Carocok Sumatera Barat. Nelayan yang semula mengambil ikan dan terumbu karang untuk dijual, sekarang berubah.
Mereka merawat dan menjaga agar terumbu karang dan ikan-ikan kecil di dalamnya hidup dan berkembang. Mereka lebih untung jika jadi bahan tontonan daripada jadi komoditas diambil dan dijual. “Karena itu, pelestarian Lingkungan Hidup, vegetasi dan habitat alam yang hidup di dalamnya menjadi sangat penting dan jadi komitmen bersama,” jelas Arief Yahya.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna juga menambahkan, langkah yang sama dilakukan Perhutani untuk antisipasi berbagai kerusakah hutan. Seperti kebakaran hutan, pembalakan hutan, reboisasi, dan lain-lain.
"Di berbagai kawasan hutan yang kita kelola rutin dilakukan penanaman pohon di lahan yang masih kosong dengan melibatkan warga sekitar. Selain untuk menjaga dari ancaman banjir, juga untuk memberikan udara segar di lingkungan warga," ujar Denaldy.
Dalam upaya itu, Perhutani TNI, Polri, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat hingga pelajar Sekolah Dasar (SD). Denaldy menjelaskan, semua pihak diajak kerjasama agar tidak lagi terjadi banjir seperti yang terjadi di beberapa daerah.
"Dengan menanam pohon maka udara yang dihirup tetap bersih dan ketersediaan air tanah tetap terjaga. Hutan yang sehat dapat menjaga dari ancaman bencana banjir dan tanah longsor," kata Denaldy.
Selain diajarkan cara menanam bibit pohon, anak-anak SD perwakilan dari sekolah-sekolah terdekat juga dicekoki pengetahuan tentang kelestarian lingkungan hidup, terutama arti pentingnya fungsi hutan itu sendiri. Hingga saat ini, Perhutani masih melakukan pendataan di lokasi hutan yang tercatat lahan kosong tidak tertanami.
"Ditambah lagi dengan penanaman swadaya yang dilakukan warga di masing masing wilayah. Penanaman pohon tahun ini sudah melampaui target," tambah Denaldy.
Selain menggandeng banyak pihak untuk kelestarian, Perhutani juga tengah menggenjot upaya mensinergikan perhutanan dengan pariwisata. Belum lama ini, Perhutani meluncurkan brand baru pengelolaan wisata alam Perhutani bertajuk Canopy di Kawah Putih, Ciwidey. Dia mengatakan, Canopy merupakan identitas yang akan menaungi beragam karakter wisata alam Perhutani.
"Banyak lahan wisata Perhutani, kita memiliki sekitar 200-an objek wisata, sedangkan yang rintisan ada sekitar 400-an di Pulau Jawa, saya ingin membangun sesuatu yang berkesan dan menarik minat wisatawan, untuk mencapai itu kami punya beberapa persyaratan," ujar Denaldy.
Denaldy mengatakan, ada 127 standar yang terdiri dari unsur pelayanan, inovasi, dan pengelolaan yang mesti dipenuhi sehingga bisa dijadikan standar Canopy. Ia pun mendorong agar setiap pengelola objek wisata di wilayah Perhutani, bisa memunculkan inovasi.
"Setiap daerah punya karakteristik, inovasi tersebut pastinya jangan merusak alam, karena yang kita tonjolkan itu wisata alamnya," cetusnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya berpendapat jika alam semakin dilestarikan akan semakin mensejahterakan. Dibandingkan industri lain, lanjutnya, pariwisata paling ramah lingkungan dan mensejahterakan.
"Kontribusi wisata berbasis hutan secara garis besar seperti taman wisata alam dan taman nasional total kontribusinya terhadap pariwisata 5 persen disarankan dinaikan jadi 10 persen," ujar Menpar Arief Yahya.
Saat ini jumlah pengunjung dari wisatawan domestik ke pariwisata berbasis kawasan hutan per tahunnya mencapai 4 juta orang dan mancanegara 300.000. Wisata ini ditantang di tahun 2019 bisa menarik wisatawan mancanegara hingga 2 juta orang.
"Betapa indahnya alam kita, kami yakin akan terus bertambah dan semakin meningkat drastis," pungkas Menpar Arief Yahya.(*)