Paramedis di Gaza Selamatkan Nyawa Meski Bahaya Mengancam
Situasi di Gaza terus menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pasalnya, paramedis di sana bekerja dalam potensi nyawa mereka terancam menyusul serangan Israel yang membabi buta.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Minggu, 24 Desember 2023 waktu setempat mengatakan, kehancuran sistem kesehatan di Gaza merupakan tragedi.
Melalui medsos X, dia menuliskan bahwa para dokter di Gaza terus menyelamatkan nyawa dalam kondisi yang tidak aman.
“Akan tetapi di tengah kondisi yang masih tidak aman dan pasien terluka yang terus berdatangan, kami melihat, dokter, perawat, sopir ambulans dan banyak lainnya terus berupaya menyelamatkan nyawa,” tulis Tedros.
“WHO dan mitra kesehatan kami akan terus bekerja sama mendampingi Anda semua, mengirimkan pasokan, mendukung penyediaan layanan serta mengevakuasi para korban luka parah,” kata Tedros.
“Dan kami tetap menyerukan gencatan senjata sekarang juga."
Sehari sebelumnya, Sabtu 23 Desember 2023 waktu setempat, Tedros juga mencemaskan kondisi warga Gaza yang dilaporkan menghadapi kelaparan. Ia menyebutkan bahwa warga Gaza sampai harus menjual harta benda mereka demi mendapat makanan.
“Kelaparan kini melanda dan kelaparan sedang terjadi di Gaza,” tulis Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di X.
Sebanyak empat dari lima keluarga di Gaza utara dan separuh keluarga yang mengungsi di wilayah selatan tidak makan siang dan malam selama berhari-hari, kata Ghebreyesus.
“Menyayat hati. Konflik yang berkepanjangan ini menghambat akses makanan dan bantuan kemanusiaan penyelamat jiwa lainnya yang sangat dibutuhkan,” tulisnya.
Maka itu, Ghebreyesus mendesak komunitas internasional untuk segera mengirimkan bantuan pangan secara cepat ke Gaza guna mengatasi situasi yang sedang mereka hadapi.
Sejak 7 Oktober militer Israel meluncurkan perang destruktif di Gaza yang mengakibatkan sedikitnya 20.057 orang tewas dan 53.320 lainnya luka-luka. Mayoritas dari mereka adalah anak-anak dan perempuan.
Kondisi tersebut menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur. “Bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya”, menurut sumber-sumber Palestina dan internasional.