Para Santri Tampil dalam Revolusi Indonesia, Ini Fakta Sejarah
Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Gontor, KH Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, mengatakan, fakta Islam di Indonesia membukakan mata dunia. Dimulai dari 90 persen penduduk Indonesia Muslim ini sudah mencengangkan bagi seluruh ilmuwan dunia, terutama orentalis yang mempunyai kepedulian terhadap Indonesia.
"Kita tahu nenek moyang kita dulu animis-animis kemudian kedatangan Hindu dan Jaya dengan Prambanan sebagai monumen yang kita lihat. Kemudian datang lagi Budha dengan monumen Candi Borobudur,” tuturnya.
Ia mengungkapkan hal itu, dalam seminar nasional pendidikan dalam rangka 120 tahun Pesantren Tebuireng. Pada kesempatan itu, ia mengawali sapaan dan materinya dengan ucapan selamat harlah untuk Pesantren Tebuireng, Jombang.
Menurutnya, agama itu pernah jaya dan kemudian datang lagi Hindu Budha dengan monumennya Borobudur.
“Berarti agama itu pernah jaya dan tersebar menguasai dataran dan kepulauan yang ada di sini terutama pulau Jawa. Kemudian masuk Islam, monumennya tentunya adalah kesultanan-kesultanan termasuk kesultanan Tebuireng,” ungkapnya yang disambut tawa dan tepuk tangan peserta seminar.
“Tokoh Nasional Pendidikan, Ki Hajar Dewantara suatu ketika pernah disowani tentara muda. Untuk menanyakan, mendiskusikan perkara pendidikan nasional, tapi beliau mengatakan, 'Ini semua justru saya ambil dari pesantren. Berarti tokoh pendidikan nasional yang dielu-elukan itu ternyata diambil dari pesantren,” ungkapnya, saat membahas mengenai realitas sejarah di Pesantren Tebuireng, Jumat 23 Agustus lalu.
“Ada lagi sekarang pahlawan paling teladan pangeran Jederal Sudirman, itu juga dari pesantren. Untuk itu ada fenomena dari Ponorogo itu napak tilas rute gerilya Jenderal Sudirman, itu yang ikut adalah dari angkatan yang mengirimkan, kemudian pemuda yang mengirimkan yang menang adalah santri. Yang kecil-kecil yang kurus-kurus itu malah justru yang menang adalah santri,” imbuhnya.
Tokoh nasional, banyak. Lanjut KH. Ahmad Hifayatullah Zarkasyi, Syaikh Hasyim Asy’ari sudah tidak diragukan lagi, beliau adalah pesantren demikian juga dengan alumni-alumni dari pesantren. Sampai sekarang pun kami masih melihat alumni pesantren menjadi yang terbaik.
Agar pesantren tetap maju maka terus istikamah dalam berpegang pada visi dan nilai-nilai. “Untuk itu di pesantren itu ada struktur kultur. Ini semuanya hikmatis dan filosofis. Keistikamahan dalam berpegang visi dan nilai-nilai itu yang akan membuat pesantren tetap maju,” pungkasnya.
Advertisement