Para Koruptor Diazab Lebih Dulu di Dunia, Karena Melampau Batas
Tingginya kasus korupsi di Indonesia yang juga menyasar ke semua lembaga baik lembaga hukum, lembaga agama, bahkan sampai lembaga pendidikan terjadi karena lemahnya kesadaran terhadap hari akhir.
“Kita tahu bahwa Indonesia itu darurat korupsi sudah di berbagai lembaga dan organisasi. Karena itu saya berharap kita berhati-hati, jangan sampai kita melakukan pelanggaran yang dilarang oleh negara dan agama. Jangan bermain-main dengan amanah. Apakah itu di lembaga negara, swasta, BUMN, berhati-hatilah karena kita harus mempertanggungjawabkannya di kemudian hari,” tutur Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad.
Dadang menyebut kesadaran iman para pelaku korupsi itu sangat lemah. Pasalnya sebelum mereka menerima jabatan, mereka umumnya menjalani sumpah amanah berdasarkan agama masing-masing.
Melampaui Batas
Selain itu, dia menilai terungkapnya kasus korupsi seseorang itu terjadi karena si pelaku melampaui batas.
“Semua kasus di dunia ini, kejahatan seksual, kejahatan manipulasi, kejahatan korupsi, itu tertangkap kalau dia sudah beberapa kali dan tidak tobat, lalu dia melampaui batas yang diberikan batasan oleh Tuhan dalam agama,” kata Dadang.
“Saya yakin yang tertangkap itu adalah orang-orang yang melampaui batas. Sudah beberapa kali (melakukan) sebagaimana kisah Sayyidina ‘Ali ibn Abi Thalib ketika pernah menangkap pencuri,” ujarnya.
Dalam kisah itu, si pencuri yang tertangkap oleh ‘Ali ibn Abi Thalib Ra mengelak dengan mengatakan bahwa dia baru kali pertama mencuri. Padahal, hal itu telah dia lakukan berkali-kali.
“Kata Sayyidina ‘Ali, tidak mungkin kalau sekali kamu tertangkap. Kamu itu pencuri itu tertangkap kalau sudah beberapa kali. Sudah keterlaluan, melampaui batas,” ujar Dadang.
“Jadi kalau lihat kasus-kasus yang kemarin, orang yang melampaui batas itu jatuh. Ini menjadi catatan kita,” imbuhnya. Kesadaran iman terhadap akhirat pun menurutnya perlu ditingkatkan oleh setiap orang agar bersikap awas dan takwa dalam menjalani kehidupan di dunia.Apalagi, selain mendapatkan azab di akhirat, para pelaku korupsi itu mengawalinya dengan kehinaan di dunia yang juga dirasakan oleh keluarganya. Apakah itu berbentuk rasa malu, penyakit, hingga kematian yang tak wajar.
“Saya yakin koruptor ketika masa tuanya mengalami kesusahan yang luar biasa. Apakah itu penyakit, atau perceraian, atau anak yang terjadi sesuatu musibah. Oleh karena itu berhati-hatilah apalagi nanti di akhirat kita menghadapi peradilan yang sangat berat di hadapan Allah,” tutur Dadang Kahmad.
Advertisement