Para Kartini di Belakang Jokowi
Surabaya : Setiap tanggal 21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini untuk mengenang jasa Raden Ajeng Kartini yang telah memperjuangkan hak-hak bagi kaum perempuan di Tanah Air, bahwa perempuan memiliki kemampuan yang setara.
Perjuangan RA Kartini tidaklah sia-sia dan telah terbukti pada pemerintahan saat ini yang memiliki menteri-menteri perempuan Indonesia yang terbilang "tangguh" mengerjakan tugasnya melayani negeri.
Hingga saat ini terdapat sembilan menteri wanita dalam Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Kartini-kartini yang berjasa mengabdi kepada negara terdiri dari Puan Maharani sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Retno Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri, serta Susi Pudjiastuti yang dipercaya menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Selain itu, Jokowi juga memilih Siti Nurbaya Bakar sebagai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nila Moeloek bertindak sebagai Menteri Kesehatan, Khofifah Indar Parawansa mengemban sebagai Menteri Sosial, dan Rini Soemarno sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Juga Yohana Yembise selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta yang bergabung paling baru adalah Sri Mulyani Indrawati yang dipercaya mengemban sebagai Menteri Keuangan.
Hebatnya, dari dua kali perombakan Kabinet Kerja, belum ada menteri perempuan yang dicopot dari jabatannya. Semua menteri tersebut bahu-membahu memperbaiki keadaan bangsa dan negara yang berada di sisi Presiden Jokowi saat kunjungan kerja maupun rapat terbatas di komplek istana presiden.
Pada Kamis lalu, ANTARA berkesempatan mewawancarai beberapa menteri perempuan yang "sowan" ke istana kepresidenan Jakarta terkait perjuangan Kartini yang lalu dan saat ini.
Mensos Khofifah yang menjadi "target" pertama menjelaskan bahwa Hari Kartini merupakan momen bagi perempuan untuk bangkit dan melakukan kerja nyata yang produktif maupun terus mengkaji ilmu.
"Raden Adjeng Kartini itu berpikir out of the box. Dia melakukan penjangkauan, pemikiran dan interaksi di luar zamannya, diluar tradisi, diluar culture yang mengukungnya. Artinya bahwa itu akan menjadi pembelajaran yang sangat penting bagi seluruh perempuan Indonesia bahwa ternyata kalau kita berusaha ternyata bisa," jelas Khofifah.
Khofifah menjelaskan RA Kartini dapat memberikan pemikiran yang rasional terkait pemberdayaan perempuan sehingga diberi kesempatan untuk belajar lebih jauh pada zamannya.
Dia menambahkan bahwa Kartini juga seorang ulama wanita yang luar biasa yang berguru kepada KH Soleh Darat.
"Satu dari delapan santri yang cukup dominan dari KH Soleh Darat adalah RA Kartini. Salah satu diantara dari delapan8 santri andalannya beliau dan tidak pernah ada yang menulis soal itu," jelas Khofifah.
Perempuan yang dilahirkan pada 1965 ini selalu menyambangi tempat-tempat bencana maupun pelosok terpencil di Indonesia untuk melihat permasalahan sosial dan kondisi yang dialami warga.
Beberapa kali dia mengunjungi tempat yang mengalami bencana seperti di Pidie Jaya, Aceh pasca gempa bumi kemudian Bima, Nusa Tenggara Barat yang dilanda banjir bandang pada penghujung 2016 lalu.
Bahkan baru-baru ini, penerus Kartini tersebut menjadi pejabat pusat pertama yang menembus sulitnya medan akses akibat tanah longsor di Ponorogo, Jawa Timur untuk memantau bantuan yang diperlukan warga.
Karena akses jalan sulit dilalui oleh kendaraan roda empat, Khofifah memilih berboncengan motor untuk menuju Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, tempat longsor terjadi.
"Mudah-mudahan apa yang sudah diteladankan oleh Kartini bisa hadir dalam kehidupan nyata, bisa memberikan dorongan dan motivasi kepada seluruh perempuan Indonesia untuk terus belajar dan lebih produktif lagi," kata Khofifah saat ditemui di sekitar Kantor Presiden.
Setali tiga uang dengan Khofifah, Menteri Susi Pudjiastuti mengatakan wanita Indonesia harus semakin berperan dalam berkarya dan tidak perlu hanya memikirkan anggapan kesetaraan "gender".
Susi mengatakan perempuan jangan harus selalu diistimewakan dan dibatasi, namun diberi hak-hak yang sepadan dalam berkarya maupun mengenyam pendidikan.
"Ya stop memikirkan anda wanita, and do the work," tegas Susi terkait pesan moral perayaan Hari Kartini.
Dia menilai perempuan juga dapat "menelurkan" karyanya tidak kalah dengan kaum pria.
Menteri Kelautan dan Perikanan ini terkenal berani dalam mengambil keputusan. Tengok saja kebijakan pemberantasan penangkapan ikan ilegal, tidak terlapor dan tidak terdata (IUU Fishing) serta penenggelaman kapal-kapal asing yang "nyelonong" mencuri ikan di perairan Indonesia.
Tidak saja kebijakan, beliau juga berani melompat langsung ke laut Bone Bolango Gorontalo untuk memegang hiu paus secara langsung. Bukan hanya di Bone Bolango, dia juga pernah meloncat dari kapal dan berenang bersama nelayan saat panen rumput laut di perairan Desa Tana Manang, Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur, NTT.
Menteri yang dilahirkan pada Januari 52 tahun yang lalu ini dalam berbagai kesempatan juga memamerkan ciri khas kebudayaan Indonesia dengan mengenakan kebaya ataupun kain-kain batik terutama saat kunjungan bersama Presiden Jokowi ke luar negeri ataupun menerima tamu negara dan duta besar negara sahabat.
"Selamat Hari Kartini, semoga wanita makin maju. Tidak usah membeda-bedakan gender, tapi kerja dan maju," tegas Susi.
Tentu saja "blusukan" tidak hanya dilakukan oleh dua menteri di atas. Menteri perempuan lainnya juga harus mengeluarkan keringat yang sama, apalagi ketika Jokowi memantau pembangunan infrastruktur ataupun kondisi sosial masyarakat di pelosok Indonesia.
Sementara itu, Rini Soemarno sebagai menteri yang mengawasi kinerja sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) juga turut mengucapkan perayaan Hari Kartini.
"Saya rasa bahwa perempuan Indonesia itu kuat, tegar dan saya selama ini melihat betul bagaimana perempuan Indonesia itu mempunyai semangat tinggi," ujar Menteri kelahiran Juni 1958 ini.
Rini mengatakan perempuan Indonesia semakin mandiri mengikuti jejak RA Kartini selain juga memikirkan kepentingan dan kesejahteraan keluarga.
Tidak lupa kepada para para "perempuan pejuang devisa", Menteri BUMN mengucapkan apresiasi kepada para TKI yang mayoritas kaum perempuan itu.
Para tenaga kerja wanita yang membanting tulang dan berpeluh di negeri orang, ujar Rini, semata-mata berjuang demi kehidupan keluarga, terutama anak mereka, agar lebih baik nasibnya.
Pendidikan dan kesejahteraan keluarga menjadi perhatian utama para TKW, ujar Rini menjelaskan saat dirinya berbincang bersama perempuan tenaga migran di luar negeri.
"Jadi itu, saya betul-betul angkat topi dan apresiasi. Itulah wanita Indonesia," kata Rini.
Sebagai Menteri BUMN, Rini bertanggung jawab untuk selalu mengoordinasikan kinerja sejumlah BUMN di Indonesia. Tidak jarang Presiden Jokowi juga "mengomandokan" suatu proyek infrastruktur atau pembangunan yang dikerjakan oleh BUMN untuk dipercepat waktu pengerjaannya, yang tentu saja menjadi suatu tantangan untuk Rini.
Menteri perempuan lain yang juga memiliki cakupan tugas yang cukup berat adalah Siti Nurbaya Bakar sebagai Menteri LHK.
Kebakaran hutan, pelestarian lingkungan, cagar alam hingga masalah limbah menjadi segelintir dari beberapa tanggung jawab yang diemban oleh "Kartini" kelahiran Juli 1956 ini.
"Kita maju terus, semangat kartini mendorong kemajuan wanita Indonesia. Dan faktanya cukup konkrt kelihatan, 9 dari 34 menteri kabinet adalah perempuan," ujar Siti ditemui di komplek istana kepresidenan.
Siti berharap kehadiran kartini-kartini di dalam Kabinet Kerja mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya dalam memperjuangkan hak dan semangat pemberdayaan wanita.
Sosok perempuan Indonesia di mata Siti adalah mahluk yang kuat dan serba bisa.
Tidak hanya "urusan dapur", perempuan-perempuan di daerah di Indonesia juga ada yang memiliki tugas sebagai pencari nafkah menjadi petani ataupun sebagai pegiat lingkungan hidup.
"Perempuan Indonesia itu di segala aspek kelihatan menonjol, apalagi di daerah-daerah kita di Indonesia juga posisinya dan statusnya berbeda-beda," ujar Siti.
Siti menjelaskan banyak juga perempuan yang menerima penghargaan pelestarian lingkungan hidup Kalpataru yang semakin menjelaskan bahwa wanita memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan alam.
Siti tidak jarang blusukan ke pelosok untuk memantau kondisi lahan gambut, dan bahkan memonitor lahan hutan yang terbakar.
Hutan di Sumatera, Kalimantan ataupun Papua pernah disambanginya. Tantangan bagi Kartini yang satu ini pun tidak kecil; sindikat perdagangan kayu yang melakukan "illegal logging", mafia yang menjadi otak pembakaran lahan hutan, hingga penyelundup flora dan fauna khas Indonesia, juga hanya segelintir masalah yang harus diselesaikan Menteri LHK.
"Jadi pada prinsipnya terkait dengan alam dan lingkungan, perempuan cukup menonjol perannya," tegas Siti.
Sementara itu, Kartini Indonesia yang mengemban tugas menjaga diplomasi Tanah Air pada tataran global yaitu Retno Marsudi.
Menteri Luar Negeri ini lahir pada bulan November 54 tahun yang lalu dimana sebelumnya ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu.
Kartini yang lahir di Semarang ini melebarkan sayap menjabat sebagai Duta Besar Indonesia LBBP untuk Kerajaan Belanda pada 2012. Sebelum menjabat sebagai Direktur Eropa dan Amerika, Retno juga telah mengemban tugas sebagai Dubes untuk Norwegia dan Islandia pada 2005-2008.
Kendati Kartini hingga akhir hayatnya tidak sempat bersekolah di Belanda yang menjadi cita-citanya, pesan-pesan yang ditulis dalam surat bagi rekan-rekannya masih relevan hingga hari ini.
"Pesan mengenai perpajakan, keBhinekaan, bahayanya narkoba dan lain-lain merupakan pesan yang masih relevan dengan konteks situasi masa kini," ujar Retno.
Retno dalam video yang diunggah dalam akun Kementerian Luar Negeri di media sosial Facebook itu bersyukur dapat meneruskan cita-cita Kartini bersekolah di Belanda bahkan menjadi diplomat di Negeri Kincir Angin tersebut.
Selain itu, Retno juga merupakan Dubes perempuan pertama di Belanda.
Pesan-pesan sosial yang disampaikan oleh RA Kartini maupun peraihan prestasi yang dilakukan perempuan menurut Retno mencerminkan kecerdasan perempuan Indonesia.
"Semoga semangat kemajuan dan kecerdasan yang dibawa oleh RA Kartini dapat dibawa dan diteruskan oleh seluruh perempuan Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebuah negara yang lebih baik untuk semua," tutup Retno. (ant)
Advertisement