Pantunui Kubur Tradisi Rangas Mamuju Menyalakan Lilin di Makam
Warga Lingkungan Bulutakkang, Kelurahan Rangas, Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), memiliki satu tradisi khas turun temurun menjelang Idul Fitri. Tradisi tersebut yakni berziarah kubur sambil menyalakan lilin di atas makam keluarga.
Tradisi rutin ini rutin dilakukan tak hanya menjelang Idul Fitri, warga juga melakukan hal serupa saat memasuki bulan Ramadan. Dulu, warga menggunakan pelita yang terbuat dari botol berukuran sedang. Tak hanya itu, warga juga menggunakan obor bambu.
Aksi warga Mamuju menyalakan lilin di atas kuburan tersebut viral di media sosial. Dalam video beredar, tampak ratusan lilin dinyalakan di atas makam yang berada di tempat pemakaman umum (TPU) setempat.
Ratusan lilin yang menyala tersebut seolah-olah menjadi lampu penerang bagi warga yang melakukan ziarah kubur. Namun, saat ini sudah ada beberapa warga yang menggunakan lampu listrik untuk menerangi makam keluarga mereka.
Pantunui Kubur
Pantunui Kubur diartikan menerangi kuburan. Lilin baru akan dinyalakan warga sesaat setelah salat magrib dilaksanakan, pada akhir bulan suci Ramadan.
Lilin dinyalakan sebagai isyarat bahwa keluarga yang masih hidup tidak pernah melupakan dan selalu mendoakan mereka yang telah terlebih dahulu menghadap Allah SWT.
"Tradisi ini juga menjadi sarana silaturahmi bagi warga, karena banyak warga yang datang untuk membersihkan makam keluarga mereka, sehingga warga bisa saling memaafkan antarsesama sebelum memasuki bulan Ramadan," tutur Sugianto, anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Mamuju.
Jika ada makam yang sanak keluarganya tidak datang, Sugianto menuturkan, warga dengan suka rela membersihkan serta menyalakan lilin di atas makam itu. "Semua yang dimakamkan ini adalah keluarga," tandasnya.