Panjat Pinang Warisan Belanda Yang Masih Dipertahankan
Tak lengkap rasanya perayaan 17 Agustus tanpa adanya lomba panjat pinang. Ini adalah jenis lomba yang paling dinantikan oleh segala kalangan. Tak peduli apakah mereka tinggal di kota ataupun di desa.
Panjat pinang membutuhkan kerja sama untuk mengambil hadiah di puncak batang pohon pinang. Bagaimana tidak, siapa yang bisa memanjat batang menjulang itu sendirian.
Terlebih lagi, pinang sudah diolesi dengan minyak atau oli untuk menambah keseruan lomba. Para penonton bersorak kalau ada pemanjat 'keplorot' dan ke cebor kali.
Air yang kotor tercemar oleh limbah rumah tangga dan bau, tidak menjadi persoalan bagi pemanjat yang penting 'happy' bisa menaklukkan pohon pinang yang licin berketinggalan 12 meter.
"Nilai hadiahnya memang tidak sebanding dengan jerih payahnya , tapi saya senang ," kata seorang peserta panjat pinang di Kali Sekretaris, Kapung Rawa Timur, Kebun Jeruk Jakarta Barat, Minggu 18 Agustus 2019.
Sebenarnya sejak kapan panjat pinang menjadi tradisi perayaan kemerdekaan Indonesia? Bagaimana sejarahnya? Seorang budayawan Betawi, Riduwan Saidi, nenjelaskan bahwa panjat pinang adalah perlombaan yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Perlombaan ini dulunya dikenal sebagai de Klimmast, yang memiliki arti ‘memanjat tiang.
Pada masa itu panjat pinang biasa diadakan setiap 31 Agustus untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina
"Tidak hanya itu, masyarakat Belanda juga mengadakan lomba ini saat mereka memiliki acara penting seperti pernikahan, hajatan, dan lain-lain," kata Rifuwan Saidi.
Dulu, katanya, para penjajah memasang batang pohon pinang yang telah dilumuri minyak atau oli di sebuah tanah lapang.
Bedanya pada masa itu hadiah yang diperebutkan adalah bahan pokok seperti beras, roti, gula, tepung, dan pakaian.
Barang tersebut adalah sebuah kemewahan bagi masyarakat Indonesia yang saat itu hidup serba kekurang.
Sementara masyarakat Indonesia bersusah payah memanjat dan meraih hadiah, orang-orang Belanda hanya menonton dari bawah
Mereka menganggap hal ini sebagai lelucon dan menertawakan ketika ada orang yang terjatuh. Itulah kenapa sebenarnya banyak orang yang menentang lomba panjat pinang diadakan di Indonesia, katanya.
Banyak orang menganggap bahwa panjat pinang hanya membawa kenangan buruk di masa penjajahan. Masa-masa di mana bangsa Indonesia ditindas dan ditertawakan oleh bangsa lain. Ada juga yang menilai bahwa panjat pinang sebenarnya mengukuhkan strata sosial yang ada di masyarakat. .
Pemkot Kota Langsa, Aceh melarang lomba panjat pinangpada perayaan HUT ke-74 Republik Indonesia. Lomba ini dinilai sebagai warisan kolonial Belanda. Namun, dalam perjalanannya, lomba panjat pinang termasuk lomba yang punya simbol penting.
Namun tidak sedikit yang menilai bahwa panjat pinang diadakan untuk meneladani perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Selain itu, ada beberapa nilai yang bisa diambil yaitu kerja sama, semangat, dan pantang menyerah untuk meraih sesuatu. (asm)