Pangeran Harry Ngaku Tembak 25 Tentara, Taliban: Itu Korban Sipil
Pangeran Harry mengaku telah menembak 25 tentara Taliban, ketika bertugas di Afghanistan. Namun Taliban menyebut mereka bukanlah prajurit, melainkan warga sipil yang tewas dibunuh Inggris.
Pengakuan Harry
Pengakuan itu dibuat di dalam buku autobiografi berjudul Spare. Dalam buku yang akan dirilis minggu depan itu, Harry mengaku melakukan penembakan dalam dua tugas di Afghanistan.
"Angka saya 25. Bukan angka yang membuat saya bangga, atau membuat saya malu. Saya terjerumus ke dalam panas dan kebingungan dalam perang, sehingga saya tak melihat mereka seperti 25 orang," katanya dikutip Al Jazeera dari The Guardian, Sabtu 7 Januari 2023.
"Mereka seperti bidak catur yang disingkirkan dari papan. Orang jahat disingkirkan sebelum mereka membunuh orang baik," katanya.
Diketahui, pangeran bergelar Duke of Sussex itu bertugas di Afghanistan sebagai pengendali serangan udara, dari tahun 2007 hingga 2008. Kemudian ia menerbangkan helikopter Apache tahun 2012 dan 2013. Ia bertugas selama 10 tahun di militer Inggris, dan mendapatkan pangkat kapten.
Konfirmasi Taliban
Pengakuan Pangeran Harry dibantah oleh Pimpinan Taliban, Anas Haqqani. Kepada Al Jazeera ia menyebut telah memeriksa serangan di wilayah Helmand, di mana Pangeran Harry menyebut telah membunuh 25 orang. Hasilnya, tak ada korban dari prajurit Taliban di wilayah itu. "Jelas itu adalah korban sipil yang mereka serang," katanya.
Dalam cuitannya ia kembali menegaskan jika 25 orang itu adalah warga sipil. "Pak Harry! Mereka yang kamu bunuh bukanlah bidak catur, mereka manusia. Memang betul. Warga sipil kami adalah sekadar bidak catur menurut tentara dan politisi Anda. Tapi tetap, kamu lah yang kalah di perang itu," cuitya.
Diketahui, pasukan NATO yang dipimpin Amerika Serikat telah melakukan operasi militer di wilayah Afghanistan selama 20 tahun. Mereka mengakhiri operasi itu pada Agustus 2021 dan kemudian Taliban menguasai kembali Afghanistan.
Taliban menuduh NATO banyak melakukan kejahatan perang selama berada di Afghanistan. Sedangkan wilayah itu kini belum pulih dari dampak perang.