Pangdam Brawijaya Nikmati Keindahan Bromo dengan Motor Trail
Bromo; Keelokan rute menuju Gunung Bromo melalui jalur Malang rupanya membuat komunitas motor trail jatuh hati. Paling tidak ini yang dirasakan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI I Made Sukadana.
‘’Rute dan pemandangannya, luar biasa! Sulit diungkapkan dengan kata-kata,’’ ujar jenderal bintang dua ini sesampai di lautan Pasir Bromo, di wilayah Kabupaten Malang, Minggu, 19 Maret 2017.
Bersama 250 anggota komunitas trail Malang, Pangdam menyusuri jalur adventure menuju Bromo. Ini merupakan salah satu dari 10 Top Destinasi Prioritas yang sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo.
Berangkat pukul 06.00 dari Bundaran Tugu, Kota Malang, Pangdam menggunakan motor trail Husqvarna 250 CC. Ia dan rombongan menyusuri Tumpang, Gubugklakah, Ngadas dan berakhir di bukit New Teletabis. Kawasan ini masuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTN).
Touring Adventure motortrail rute Malang–Bromo ini digelar dalam rangka HUT Kostrad ke-56. ‘’Saya melihat pemandangan rute di sini cukup menantang. Infrastrukturnya juga cukup bagus,’’ kata Sukadana sambil mempromosikan destinasi BTS Bromo Tengger Semeru.
Rombongan touring ini menempuh jarak sekitar 70 kilometer. Rute yang dilewati, yakni dari Stasiun Kotabaru, Tumpang, Gubugklakah, Ngadas. Selanjutnya, memasuki daerah Jemplang sebelum Gunung Bromo dan beristirahat di Lautan Pasir yang masih kawasan Kabupaten Malang.
Salah satu check point untuk peserta dilakukan di Gunungsari Sunset (GSS), Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo. Lokasi ini memang disiapkan menjadi rest area bagi pengunjung yang hendak ke Bromo dari Malang.
Sebelum melanjutkan perjalanan, Pangdam menyempatkan diri melakukan penanaman pohon.’’Tempat ini baru kami buka 26 Desember 2016, bisa dikunjungi Pangdam merupakan suatu kehormatan bagi kami,” terang Administratur (Adm) Perhutani KPH Malang Arif Herlambang.
Made Sukadana menam bahkan, aksi tanam pohon pun dilakukan untuk menunjukkan komitmen cinta alam. Penghijauan tersebut disertai pemberian tanda peringa tan sepeda motor dilarang melintas agar pohon bisa tumbuh sampai be sar. ”Sebab, jika hanya ditanam, tidak bisa tumbuh. Jadi, jangan di lintasi bila sudah ada tanda larangan,” lanjut perwira tinggi asal Bali ini.
Kekaguman Pangdam pada rute Malang menuju Bromo memang sudah banyak diakui para wisatawan. Suasana yang masih alami. Menembus hutan pinus dan tebing-tebing yang curam serta pemandangan puncak Semeru di sisi kanan, merupakan pemandangan yang sangat memanjakan wisatawan.
Selain menggunakan Mobil Jeep, dan kuda, petualangan ke Bromo dari Malang dengan mengendarai motortrail merupakan pengalaman yang kalah serunya. Jalan berkelok-kelok menanjak tajam. Kiri kanan tebing yang dalam dengan pepohonan pinus.
Untuk menuju Bromo, perjalanan dimulai dari Desa Ngadas, desa yang berada di ketinggian 2.100 mdpl ini masuk ke wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Desa Ngadas merupakan desa dengan penduduk asli Tengger. Desa ini juga merupakan satu-satunya desa yang ada di dalam di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.
Dari desa ini, perjalanan lanjut ke arah timur sampai ke pertigaan Jampang. Pertigaan ini merupakan rute persimpangan. Bila terus akan menuju ke lautan pasir Bromo. Sedangkan bila ke kanan akan ke Ranu Pane dan seterusnya menuju puncak Semeru.
Sampai persimpangan Jampang, jalan menurun sepanjang lembah savana Bromo. Kualitas jalan berupa jalan cor sepanjang 3 km. Setelah mencapai dasar lembah, jalan sudah berupa pasir padat. Dari sini akan bukit new teletabis sudah terlihat dari kejauhan.
Untuk roda empat biasanya memilih jalur yang sudah ada. Namun untuk sepeda motor seperti Motor trail, bisa lebih bebas. Bahkan pengunjung juga ada yang berani melintasi padang pasir Bromo menggunakan motor matic.
Dari lembah teletabis ini, memang belum terlihat puncak Bromo. Karena masih terhalang bukit. Bila akan menuju ke Bromo, maka wisatawan perlu menempuh perjalanan lagi dan melewati lautan pasir Bromo sekitar 30 menit. (farid)