Panen Mangga Alpukat Pasuruan, Diserbu Pembeli Luar Jatim
Para petani Mangga Alpukat Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, mulai sumringah. Pasalnya, pohon-pohon mangga alpukat sudah mulai dipanen.
Komoditi yang menjadi ikon buah khas Kabupaten Pasuruan itu mulai terlihat di mana-mana. Bahkan, para wisatawan yang datang ke Kabupaten Pasuruan selalu mencari Mangga Alpukat sebagai buah tangan.
Dari sekian banyak petani di Kecamatan Rembang, salah satu yang berhasil mengembangkan Mangga Alpukat adalah Ladi Santoso, 40 tahun. Bapak 4 anak itu sudah mulai menekuni bisnis mangga alpukat sekitar 10 tahun lalu.
Kini, pesanan yang datang kepadanya tak terbendung. Meskipun belum masuk panen raya, tapi masyarakat dari berbagai jenis profesi yang membeli mangga alpukat "SLS" miliknya, harus rela mengantre. Sebab, dalam sehari hanya bisa mengumpulkan tak lebih dari 1 kwintal mangga dari total 6 hektar kebun mangga miliknya.
“Kalau bulan oktober dan november, itu puncak panen mangga alpukat. Kalau sekarang ya ada, tapi tidak terlalu banyak seperti panen raya,” kata Ladi saat ditemui di kebun mangga miliknya, di Dusun Beran, Desa Oro-Oro Ombo Wetan, Senin, 9 September 2019.
Dari sekian banyak pembeli, ada yang sampai dilirik warga luar negeri. Ladi mengaku mendapatkan pesanan 1 ton mangga dari Kedutaan Besar Brunei Darussalam, seminggu lalu. Hanya saja, pesanan tersebut bersifat khusus, lantaran mangga alpukat yang dibelinya adalah Grade A (berkualitas paling bagus) dengan bobot buah mencapai 1 Kilogram/buah.
"Satu buah saya jual dengan harga Rp 50 ribu, dan mereka mau membelinya, ya saya kirim langsung dengan menggunakan jasa expedisi," katanya.
Sejauh ini, Ladi sudah memiliki pangsa pasar tersendiri. Tak hanya melayani warga Pasuruan saja, mangga miliknya disukai hampir seluruh daerah di tanah air. Seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Balikpapan, hingga Kalimantan.
Menurutnya, mangga miliknya sangat berbeda dengan mangga yang lain. Yakni rasa yang sangat legit, meskipun ukuran buah tak terlalu besar seperti mangga gadung pada umumnya.
Saat ditanya perihal harga per kilogramnya, Ladi mengaku menjual dengan harga Rp40 ribu untuk grade A dan Rp25 ribu untuk Grade B. Harga tersebut terbilang cukup mahal, lantaran masih belum memasuki musim panen raya.
"Kalau pas panen raya hanya Rp25 ribu sampai Rp30 ribu untuk grade A. Kecuali kalau kita pameran ke luar kota, itu agak beda harganya karena ditambah uang transportasi," katanya.
Seperti diketahui, Mangga alpukat merupakan sebutan untuk buah mangga yang dikupas dan dimakan seperti halnya buah alpukat. Keistimewaan mangga ini adalah pada rasanya yang lebih manis dan tahan lama. Berbeda dari jenis mangga yang biasa dikenal oleh masyarakat, cara menyantap mangga alpukat ini pun cukup praktis.
Mangga ini tidak perlu dikupas kulitnya, tapi cukup dengan dibelah tengahnya kemudian diputar hingga terbelah menjadi dua. Lalu daging buahnya dapat langsung dimakan menggunakan sendok seperti makan buah alpukat. Itulah kenapa mangga ini disebut dengan mangga alpukat.
Selain cara makannya yang fenomenal, mangga alpukat ini mempunyai keistimewaan lain yaitu daging buahnya yang lebih tebal, tekstur lebih padat, jumlah serat buah yang sedikit, kadar air yang lebih rendah serta ukuran pohonnya yang tidak terlalu tinggi sehingga memudahkan dalam memetiknya.
Mangga alpukat sebetulnya bukan perkawinan antara mangga dengan alpukat. Mangga alpukat adalah mangga gadung klon 21 yang sering disamakan dengan mangga arumanis klon143.
Ini karena keduanya memiliki bentuk yang mirip. Meskipun mirip, kedua jenis mangga ini memiliki beberapa perbedaan. Buah ini baru dipatenkan atau diakui sebagai buah asli Kabupaten Pasuruan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2016 lalu. (sumber: www.pasuruankab.go.id)