Panen Berkah Melalui Budidaya Cacing Tanah di Sidoarjo
Cacing tanah ternyata memiliki banyak sekali manfaat. Selain baik bagi kesehatan, hewan nokturnal satu ini juga mengandung tinggi protein yaitu sebanyak 76 persen dan kandungan asam amino sekitar 17 persen, yang dapat membantu pembentukan sel, otot dan sistem kekebalan tubuh.
Maka dari itu, tak heran jika cacing tanah saat ini dicari banyak orang, entah untuk kebutuhan medis, kosmetik, obat-obatan, bahan pupuk, maupun pakan ternak.
Rudy Dwi Winarko, warga Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, mengatakan, budidaya cacing tanah sangat mudah dan efisien. Tak membutuhkan waktu dan modal besar. Ia menyulap halaman belakang rumahnya menjadi tempat budidaya cacing tanah.
Ada tiga jenis cacing tanah yang di budidaya Rudy. Jenis ANC, Tiger, dan Lumbricus. Dari ketiga jenis tersebut, Lumbricus adalah yang paling banyak diminati, terutama untuk kebutuhan medis, kosmetik, dan obat-obatan. Sedangkan dua jenis lainnya, seringkali digunakan sebagai bahan pupuk dan pakan ternak.
“Karena jenis Lumbricus ukurannya lebih besar dibanding lainnya. Jadi otomatis kandungan protein dan asam aminonya lebih tinggi,” ucap Rudy saat ditemui Ngopibareng.id dirumahnya, Selasa 30 Juli 2024.
Rudy menceritakan awal mula menekuni budidaya tersebut pada tahun 2013, karena banyaknya limbah rumah tangga yang sangat mencemari lingkungan. Menurutnya, cacing tanah sebagai hewan pengurai mampu menjadi solusi permasalahan tersebut.
“Setelah membaca beberapa sumber, ternyata cacing juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, terutama di dunia farmasi. Dari situ akhirnya saya membudidayakan cacing tanah,” imbuhnya.
Selain bermanfaat, biaya perawatan cacing tanah juga sangat terjangkau dan efisien untuk waktu. Hal tersebut yang memicu Rudy semakin mantap menekuni bisnis ini.
“Cukup kita sediakan media (tanah) untuk cacing kemudian perawatan harian melakukan proses penggemburan tanah, ngasih makan, dan pembasahan bisa dilakukan selama 2 hari sekali. Kasih makan ampas tahu, ampas jagung, atau sampah organik rumah tangga,” jelas Rudy.
Untuk memenuhi nutrisi, makanan cacing tanah harus mengandung tiga zat, yaitu protein, karbohidrat, dan glukosa. Kendati demikian, Rudy tidak menyarankan untuk memberi makan cacing dengan sampah organik yang berbau amis seperti jeroan ikan atau lainnya.
“Karena itu akan mengundang hama tikus, jadi nanti cacingnya juga ikut dimakan sama tikusnya,” terangnya.
Mantan karyawan PT Maspion ini bekerja sama dengan lebih dari 300 peternak binaan yang tersebar di pulau Jawa, Bali, dan NTT. Harga end user terendah cacing tanah jenis Anc mencapai Rp 60 ribu perkilo, jenis Tiger Rp 80 ribu perkilo, sedangkan jenis Lumbricus Rp 110 ribu perkilo.
“Alhamdulillah dari bisnis tersebut mendapat omset sebanyak Rp 50 juta perbulan,” kata Rudy.
Rudy menambahkan, target penjualan cacing segar dalam sebulan sebanyak 5 ton, namun ia masih mampu memenuhi 50 persen. Sedangkan cacing kering targetnya 1 ton per bulan namun masih tercapai 50 persen.
“Penjualan kami ada mitra farmasi lokal dimana kami menyuplai bahan baku mereka. Untuk pasar ekspor kami masih belum kesana karena pasar lokal saja kami masih kekurangan bahan,” tutupnya.