Panduan Tarawih Cepat! Baca Al-Fatihah Tak Boleh Grusa-grusu
Perbedaan di antara umat Islam adalah rahmat. Itulah pesan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW) yang bisa terlihat nyata pada bulan Ramadan. Hal itu dibuktikan dengan pelaksanaan shalat tarawih: ada yang 23 rakaat termasuk shalat witir, ada juga yang 11 rakaat termasuk shalat witir.
Dalam pelaksanaan shalat tarawih berjamaah pun berbeda-beda, dalam hal pelaksanaan bacaan Al-Quran. Di Masjid Agung Ampel, misalnya, dilaksanakan 23 rakaat termasuk witir, dengan mengkhatamkan 1 juz Al-Quran. Sehingga, terkesan sangat panjang dan lama.
Ada yang sedang-sedang saja, misalnya, pada setiap rakaat dengan surat-surat pendek dalam juz Amma. Begitu pun ada yang bacaannya pelan, ada yang cepat. bahkan, ada yang bacaannya sangat cepat.
Nah, guna mengantisipasi pelaksanaan shalat tarawih dengan bacaan cepat, berikut tips yang disampaikan Ust Abdul Wahab Ahmad, dosen UIN Kiai Haji Ahmad Siddiq Jember:
Bagi yang kebetulan mendapatkan imam yang tarawihnya cepat, atau barangkali memang sengaja memilih yang cepat, ada beberapa panduan agar shalatnya tetap baik. Shalat cepat itu tidak ideal sehingga kalau dilakukan asal-asalan bisa tidak sah. Agar tetap sah dan baik, maka berikut panduannya:
Membaca fatihah tidak boleh grusa-grusu. Seluruh panjang pendek dan tasydid harus diperhatikan. Bila kurang satu tasydid saja, maka batal bacaan fatihahnya sehingga perlu diulang. Sebab itu, bagi makmum sebaiknya membaca fatihah sejak awal berdiri. Jangan menunggu membacanya setelah amin agar punya lebih banyak waktu.
Saat rukuk dan sujud cukup membaca tasbih sekali saja tapi dengan bacaan yang baik. Itu lebih baik daripada dibaca tiga kali tapi dengan kalimat yang tidak jelas maknanya karena terlalu cepat.
Saat i'tidal cukup membaca "Rabbana walakal Hamdu"
Saat duduk di antara dua sujud cukup membaca "Rabbighfir li". Kalau waktu mencukupi, bisa dibaca lanjutannya sesempatnya sampai imam bergerak untuk sujud.
Saat duduk tahiyat, cukup membaca bacaan tahiyat sampai bacaan shalawat "Allahumma shalli 'ala Sayyidina Muhammad wa'ala ali Sayyidina Muhammad". Selanjutnya langsung salam.
Dengan cara ini, maka bacaan shalat tidak akan belepotan dan tarawih 20 rakaat bisa selesai hanya dalam waktu kurang lebih 20 menit. Praktik shalat ini sudah baik dan bagus untuk standar umum.
Menjaga Tumakninah
Ada cara yang lebih cepat lagi dengan cara tidak membaca apa-apa selain Takbiratul Ihram, fatihah, tahiyat dan salam dengan catatan tetap menjaga tumakninah. Akan tetapi ini tidak saya rekomendasikan sebab seharusnya seorang hamba merasa malu menghadap Tuhan semesta alam yang katanya disembah dan diagungkan tapi kok kesannya pengen cepat kabur gak kerasan saat menghadapnya?
Semoga bermanfaat.
Kenikmatan Membaca Al-Quran
Dalam kitab Hilyatul auliya wa thabaqatul asfiya', Ahmad ibnu `Abdullah ibnu Ahmad ibn Ishaq ibn Musa ibn Mahran al-Mihrani al-Asbahani Asy-Syafi'i Al-Asy'ari atau Abu Nuaim Al-Isfahani r.a, Abu Sa'id al-Hasan ibn Abil Hasan Yasar al-Bashri atau Imam Hasan Al-Bashriy (641 M, Madinah - 728 M, Basra, Irak) r.a berkata;
" تَفَقَّدُوا الْحَلَاوَةَ فِي ثَلَاثٍ: فِي الصَّلَاةِ، وَفَى الْقُرْآنِ، وَفَى الذِّكْرِ، فَإِنْ وَجَدْتُمُوهَا فَامْضُوا وَأَبْشِرُوا، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوهَا فَاعْلَمْ أَنَّ بَابَكَ مُغْلَقٌ " [حلية الأولياء وطبقات الأصفياء]
"Carilah kenikmatan dalam tiga kondisi: ketika sholat, membaca Al-Quran dan berdzikir.
Jika kalian mendapatkannya, maka teruskanlah, dan bergembiralah. Namun, jika kalian tidak mendapatkannya, maka ketahuilah, bahwa pintu untukmu telah ditutup."