Pandemi Untung, Pandemi Buntung
Tsunami baru pandemi Covid-19 kembali mengancam umat dunia. Tidak hanya melanda negara berkembang seperti India. Tapi juga negara maju seperti Jepang.
Di negeri yang punya budaya paling bersih itu, tiga kotanya dalam kondisi darurat. Yang tenang-tenang justru negara kali pertama ditemukan virus Corona: China.
Turki, per Kamis minggu ini (29 April 2021), tiba-tiba melakukan lockdown di seluruh negeri. India terakhir dikabarkan 4 orang meninggal akibat Covid setiap menit.
Akankah Tsunami Covid-19 juga melanda negeri kita? Tanda-tanda itu ada. Jumlah pasien Covid-19 di RS Dr Sutomo Surabaya terus meningkat. Kluster Taraweh juga sudah ditemukan di Banyumas.
Kalau lihat ini, keputusan pemerintah pusat melarang warganya mudik Lebaran ada benarnya. Biar Tsunami Covid-19 tidak segera melanda kita kembali. Apalagi fasilitas kesehatan di daerah masih sangat minim.
Tinggal bagaimana nanti pengawasannya di lapangan. Tentu akan lebih sulit dibanding lebaran tahun lalu. Kenapa? Karena sudah ada gejala pandemic fatique di masyarakat.
Apa itu?
Gejala kelelahan dengan suasana pandemi. Lelah terhadap pembatasan-pembatasan. Yang memang bisa berdampak kepada pendapatan lapisan tertentu.
Karena itu, berdoa menjadi amat penting.
Mudah-mudahan tidak. Sebab, kalau itu terjadi maka akan semakin susah kita untuk bangkit kembali.
Memang Indonesia punya kekenyalan setiap menghadapi krisis. Ini karena banyak data ekonomi yang tak tercatat. Sehingga meski krisis pun, penjual mobil baru masih terus menggeliat.
Separah apapun krisis ekonomi menimpa kita, juga tidak akan ada kelaparan menimpa warga. Ini karena sistem komunal yang masih begitu kuat di masyarakat kita.
Kalau keluarga ada yang kena PHK, masih bisa berharap ke mertua dan orang tua. Masih banyak orang bersedekah dan berzakat. Yang kesadaran untuk itu terus meningkat.
Ini berbeda dengan negara yang sistem masyarakatnya nafsi-nafsi. Yang menganut paham sendiri-sendiri. Seperti di negara Barat, bahkan Amerika Selatan. Begitu krisis, banyak warga kelaparan di sana.
Tapi tidak semua krisis membuat semua orang buntung. Selalu ada yang untung dari situasi sulit. Seperti ketika masa pandemi ini. Siapa saja mereka?
Perhatikan laporan keuangan kuartal pertama perusahaan ini. Intel --perusahaan pemberi ruh perangkat komputer-- mencatat rekor penjualan prosesor sepanjang sejarah. Gara-gara pandemi.
Microsoft mencatat pendapatan tertinggi hanya dalam tiga bulan pertama. Rp 217 Triliun. Hampir separo total anggaran pendidikan di Indonesia setahun. Tembus penjualan 1,3 miliar unit karena pandemi.
Samsung lebih gila lagi. Hanya 3 bulan, ia mencatatkan pendapatan Rp 826 Triliun. Dengan laba bersih naik 45 persen lebih dibanding tiga bulan pertama tahun lalu. Lagi-lagi pandemi memberi berkah industri ini.
Masih banyak daftar perusahaan yang manangguk untung karena pandemi. Ketiga perusahaan di atas juga terang-terangan mengaku dapat berkah penjualan besar akibat kerja dari rumah karena pandemi.
Perusahaan startup susah menangguk untung di awal pandemi. Apakagi startup aplikasi yang memudahkan kerja dari rumah maupun pembelajaran jarak jauh. Saham mereka melonjak tajam. Membuat foundernya kaya raya.
Perusahaan alat kesehatan dan farmasi ikut panen karenanya. Belanja negara untuk penanganan pandemi amat sangat besar. Semua itu dinikmati industri alat kesehatan dan farmasi.
Pandemi --apa saja wabah yang merambah-- selalu menciptakan keseinbangab baru. Ada yang untung ada yang buntung. Mereka yang telah lama menggung untung bisa berakhir buntung.
Setiap peristiwa besar pada dasarnya cara alam menata ulang eko sistem. Redistribusi keberlimpahan. Atau setidaknye mengerem keserakahab yang dipertunjukkan sebagian ummat manusia.
Tapi apakah setelah itu lahir tatanan yang lebih baik? Terkadang tidak demikian. Selalu saja dunia fana ini berisi tarik-menarik antara dua yang selalu bertentangan.
Keserakahan melawan kesederhanaan, kesombongan versus kerendahhatian, kedengkian dengan kelembutan dan seterusnya. Pada puncak-puncaknya, alam yang selalu menjadi pengadilnya. Lewat wabah maupun bencana.
Alam menciptakan virus. Yang tak pernah mati. Selalu hidup di sekitar kita. Yang setiap saat menjangkiti kita. Termasuk virus Corona yang varian terakhirnya disebut Covid-19 ini.
Setiap saat, virus yang di alam ini bisa menimbulkan endemi. Tingkat pertama keparahan sebuah penyakit yang diakibatkan oleh virus. Baik virus baru maupun virus lama yang bermutasi.
Nah, teknologi, ilmu pengetahuan, dan kesiapan infrastruktur kesehatan bisa mencegah endemi menjadi pandemi. Ketika pandemi sudah terjadi, semua itu bisa menekan kematian yang diakibatkan.
Tampaknya pandemi kali ini memang memperjelas mereka yang buntung dan untung. Juga memperjelas sistem setiap negara dalam menghadapi pandemi yang setiap saat datang tiba-tiba.
Saatnya kita semua belajar dari apa yang terjadi saat ini. Biar tak menurunkan derajat kita sampai ke tingkat keledai. Kecuali kita memang puas hanya samapi di sana.