Pandemi Sukar Berakhir! Jika Tetap Tak Peduli dan Enggan Tabayun
Pemikiran yang tradisional, budaya yang tidak mempedulikan orang lain, dan era post truth menjadi tantangan dalam pengentasan pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari bagaimana sebagian masyarakat masih bersikap acuh dan tidak peduli dengan keselamatan orang lain dan semaunya sendiri.
“Ada tantangan juga di masyarakat budaya yang tidak taat budaya yang tidak peduli pada keselamatan orang lain bahkan keselamatan dirinya itu masih kita saksikan di dalam sebagian masyarakat kita," ujar Prof Dr Syafiq Mughni, Ketua PP Muhammadiyah pada sambutan Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah, dalam keterangan Minggu 17 Januari 2021.
.
"Ini adalah tantangan, kemudian ada tantangan lagi ialah apa yang Namanya post truth (setelah kebenaran) artinya sesuatu itu dipandang benar apabila memenuhi selera kita yang tidak cocok dengan kita dianggap salah,” tutur mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Syafiq melanjutkan pemahaman yang seperti itu menurutnya bertentangan dengan prinsip ilmu pengetahuan. Padahal ilmu pengetahuan adalah karunia dari Allah.
Maka, menurutnya, media sosial yang kita gunakan untuk berkomunikasi ini sering kali mengandung elemen-elemen atau konten yang sebenarnya menggambarkan post truth society. “Tidak ada logika, tidak ada kemauan untuk melakukan tabayyun bahkan Allah mengingatkan kita harus menjauhkan diri dari prasangka,” terangnya.
Meski begitu, dalam satu tahun ini Muhammadiyah sebagai organisasi yang menganut Islam berkemajuan telah berupaya terus membawa manfaat. Muhammadiyah tidak berdiam diri dan bergerak mengatasi masalah-masalah yang dihadapi umat manusia dan khususnya pada bangsa Indonesia. Terlebih masalah saat ini yaitu covid-19.
InsyaAllah, untuk mengatasi berbagai masalah termasuk Covid-19, Muhammadiyah berbahagia sekali memiliki pakar dari banyak kalangan.
“Maka insyaAllah kita akan mendapatkan banyak hal penting untuk menyakinkan kita agar kita tidak terkena sindiran dari Al-Qur’an. Janganlah kita berpegang teguh, berpendirian pada sesuatu yang kita tidak punya pengetahuan yang kita tidak punya ilmunya,” kata Syafiq Mughni.
Advertisement