Pandemi Covid-19, RSSA Malang Soroti Komorbid Jantung Koroner
Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang menyoroti penyakit jantung koroner sebagai salah satu komorbid penyakit penyerta Covid-19. RSSA mengutip Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang menempati prevalensi tertinggi di Indonesia.
Ketua Tim Persiapan Bedah Jantung RSSA Kota Malang, dr Mohammad Saifur Rohman mengatakan, bahwa penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyakit penyerta yang membahayakan pada masa pandemi Covid-19.
"Hal ini disebabkan penyakit jantung koroner dapat menjadi komorbid atau penyakit penyerta yang memberatkan kondisi pasien apabila sampai terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19," tuturnya pada Minggu 22 November 2020.
Untuk memperkecil kematian pasien akibat adanya penyakit jantung koroner maupun dampaknya sebagai penyakit penyerta dalam masa pandemi Covid-19 ini, RSSA Kota Malang saat ini memiliki Instalasi Pelayanan jantung Terpadu (IPJT).
Saifur menuturkan, melalui IPJT tersebut RSSA Kota Malang telah berhasil melakukan operasi bedah jantung melalui prosedur Coronary Artery Bypass Graft (CABG) sebanyak ke-7 kalinya. Operasi tersebut sudah dilakukan sejak 21 November 2020.
“Bedah jantung terbuka ini diharapkan menjadi sokoguru dalam menunjang pelayanan jantung di kota Malang yang di-support penuh oleh RSSA dan di bawah pengawasan dan pelaksanaan dari IPJT,” ujarnya.
Saifur menyatakan, bahwa pasien yang dilakukan tindakan bedah jantung terbuka yakni mereka yang memiliki kelainan pembuluh darah, sehingga saking parahnya sudah tidak mungkin lagi dipasangi ring.
“Kalau dibayangkan, kasus pasien jantung di Saiful Anwar yang berobat dengan pemasangan ring sekitar seribu hingga dua ribu pasien, sebanyak 10 persennya membutuhkan tindakan bedah. Dengan adanya bedah jantung terbuka ini, maka pasien tidak perlu lagi harus segera dirujuk ke Surabaya atau Jakarta” katanya.
Dalam masa pandemi Covid-19 ini bagi pasien yang akan menjalani operasi bedah jantung terbuka harus diperiksa dulu darahnya, foto rontgen dada, hingga rapid test atau swab test untuk mengetahui apakah pasien positif terinfeksi Covid-19 atau tidak.
Apabila hasil tes positif, maka tim dokter menyarankan agar pasien menunda operasinya, dengan catatan kondisi pasien tidak darurat dan tidak memerlukan operasi dalam waktu cepat.
"Pasien yang masih harus menunda operasi akan diberikan obat-obatan untuk menjaga kondisi jantung sembari mengikuti perawatan penanganan Covid-19 terlebih dahulu," terang Saifur.
Sementara itu, Kabid Pelayanan Medik RSSA Kota Malang, dr. Widodo Mardi Santoso, mengungkapkan bahwa operasi bedah jantung tersebut merupakan kontribusi RSSA Kota Malang sebagai rumah sakit yang berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Ini sebagai bakti dari Aparatur Sipil Negara dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harapan kami agar pihak-pihak terkait, khususnya RSSA dapat meningkatkan kemampuan sehingga prosedur CABG ini ke depannya dapat dilakukan secara mandiri di Malang," tutupnya.
Advertisement