Pandemi Covid-19, Pengrajin Batik di Malang Terancam Bangkrut
Dampak pandemi Covid-19 ini membuat para pengrajin batik di Malang sepi pembeli.
Pemilik Batik Tulis Celaket, Hanan Jalil, mengungkapkan sejak Maret hingga Oktober 2020 ini tidak ada penjualan batik di galerinya.
"Maret sampai sekarang itu penjualan nol persen," ungkapnya, Jumat 2 Oktober 2020.
Padahal sebelum adanya pandemi Covid-19, ia bisa menjual batik tulis sekitar 300 hingga 500 lembar perbulan.
"Masuk Januari 2020, penjualan itu sudah turun sekitar 0,5 persen. Batik ini kan merupakan turunan dari pariwisata. Jika pariwisata berhenti turunannya juga ikut terdampak," katanya.
Meski begitu, ia tidak melakukan pengurangan karyawan. Jumlah karyawan di Batik Tulis Celaket sekitar 20 orang.
"Karyawan saya itu merupakan tetangga semua. Sudah puluhan tahun ikut saya. Kalau dirumahkan saya tidak tega," jelasnya.
Hanan mengawali bisnis batik sekitar 1997. Batik Tulis Celaket sendiri merupakan batik khas Malangan. Motif batiknya bisa bermacam-macam, seperti motif singa, Tugu Malang hingga Topeng Malangan.
"Tema besarnya itu Malangan. Saya memberikan kebebasan bagi karyawan untuk berkreasi," katanya.
Pada momentum peringatan Hari Batik Nasional ini, Hanan berharap pemerintah bisa membuat kebijakan yang bisa menghidupkan bisnis batik.
Salah satu yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan pengusaha batik pinjaman modal usaha. Skema peminjaman tersebut bisa dengan pembebasan cicilan selama 6 bulan atau memberikan keringanan cicilan.
"Yang diharapkan bantuan pinjaman baru. Kita ini pinjam tidak minta, tapi dengan stimulus misalkan cicilan ringan dan ada tempo waktu 6 bulan tidak bayar dulu misalnya. Kemudian diberi pinjaman dengan janji jangan pecat karyawan," katanya.