Pandemi, Penginapan di Jalur Pendakian Semeru Sepi
Pandemi Covid-19 mengubah roda perekonomian masyarakat di Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Desa yang berada di daerah enclave wilayah konservasi Taman Nasional Bromo-Tengger Semeru tersebut rata-rata bermata pencaharian sebagai petani dan membuka jasa penginapan.
Letak desa yang berada di wilayah konservasi membuat warga sekitar menyulap kediamannya untuk penginapan bagi para pendaki yang ingin beristirahat sebelum atau sesudah dari Gunung Semeru.
Salah satu pemilik Home Stay Bagus di Desa Ranu Pani, Tuangkat mengatakan sejak adanya pandemi Covid-19 tamu yang datang ke penginapannya menurun drastis. “Tamu yang menginap hampir tidak ada sama sekali. Kalaupun ada itu hanya satu sampai dua orang. Pandemi ini sudah satu tahun, seperti itu kondisi kami saat ini,” ujarnya pada Sabtu 3 April 2021.
Adapun peristiwa yang membuat home stay miliknya sepi ujar Tuangkat, dimulai pada Maret 2020, lalu di mana Balai Besar Taman Nasional Bromo-Tengger Semeru (BB TNBTS) menutup jalur pendakian Gunung Semeru akibat pandemi Covid-19. “Sebelumnya juga ada kebakaran hutan Gunung Semeru pada 2019. Hampir satu tahun ditutup pendakian. Akhir tahun lalu juga ditutup selama tiga bulan. Sekarang sudah dibuka lagi pendakian,” katanya.
Home stay Bagus milik Tuangkat berada tepat di depan Kantor Resor Ranu Pani BB TNBTS tempat untuk pelayanan administrasi bagi para pendaki yang hendak berangkat naik Gunung Semeru. “Kalau sebelum pandemi Covid-19 itu tamu yang berkunjung ke home stay saya sekitar 60 orang lebih. Tapi sejak pandemi Covid-19 pertama kali itu kan orang luar dilarang masuk,” ujarnya.
Total kamar home stay milik Tuangkat sebanyak delapan kamar. Tiap kamar kata Tuangkat bisa diisi oleh empat hingga lima orang. Tamu yang menginap mayoritas berasal dari luar kota bahkan luar negeri. “Rata-rata kebanyakan itu dari Malaysia dari Jakarta, di sana ada teman yang mencarikan tamu. Selain itu ada dari Solo, Bandung dan Surabaya,” katanya.