Pandemi COVID-19, Doa Masyarakat Desa Sangat Diperlukan
KH As'ad Said Ali, Wakil Ketua Umum PBNU (2010-2015) mempunyai perhatian terhadap persoalan kemasyarakat yang berkembang saat ini. Termasuk masalah yang mendera bangsa Indonesia, dengan wabah Corona.
"Yang saya khawatirkan bukan soal Covid-19, tetapi manuver politik untuk manfaatkan situasi. Pada sisi lain pemerintah sedang menghadapi berbagai masalah seperti devisit neraca perdagangan, kurs rupiah menurun, kasus Jiwasraya dllnya," tutur mantan Wakil Kepala BIN ini.
Berikut renungan KH As'ad Said Ali:
Ada beberapa pertanyaan dari netizen tentang penanganan COVID-19 dari pemerintah, apakah sudah maksimal ?.
Pada awalnya Departemen kesehatan tampak gugup menghadapinya kasus Corona. Maklum merupakan hal baru, pandemik yang menular cepat dan vaksin belum ditemukan. Langkah langkah telah diambil dari mempersiapkan Rumah Sakit, lockdown terbatas, pengungsian warga negara dari luar negeri secara cepat, penyiapan infrastruktur, dll.
Pemerintah menghadapi dilema. Perlu dana besar untuk menghadapi Covid-19. Di tengah keterbatasan dana sebagai dampak perang dagang AS vs China. Dari segi kebijakan, fokus penanganan sudah sesuai jalur, penanganan bagi mereka terduga terinfeksi, pembatasan kegiatan masyarakat di luar rumah. Misalnya pengurangan kegiatan di tempat ibadah dllnya.
Pemerintah juga menghadapi soal pendanaan karena perlu dana besar di tengah keterbatasan dana. Amerika Serikat, misalnya, menyediakan dana US$ 100 milyard. Pemerintah putuskan mengalihkan dana desa utk penanganan covid 10. Artinya pemda mempunyai dana untuk membayai pencegahan virus.
Efektivitasnya tergantung pada disiplin aparat untuk mematuhi kebijakan tersebut dan dukungan masyarakat . Himbauan untuk kurangi aktivitas di luar rumah tidak akan sukses kalau tidak dipatuhi masyarakat. Misalnya kepatuhan imbauan untuk tidak Salat Jumat di mesjid- mesjid.
Saya dengar ada mesjid di Jakarta cukup besar yang masih selenggarakan Salat Jumat meskipun setiap jamaah disemprot saniter ketika masuk mesjid. Kalau ingin hentikan penyebaran virus secara efektif, idealnya dengan cara lockdown (tidak keluar rumah).
Tetapi itu tidak mungkin dilakukan karena kegiatan ekonomi akan terhenti yang dampaknya akan menimpa mereka yang berpenghasilan rendah.
Dalam situasi seperti sekarang ini ,saatnya bangsa ini mawas diri terutama memperbaiki disiplin sosial, aparat maupun rakyat . Bagi mesjid di kampung kampung , sebaiknya tidak terlalu membatasi terlalu ketat. Toh jamaahnya masyarakat sekitar dan doa mereka memang diperlukan setidaknya sebagai solidaritas sosial.
Yang saya khawatirkan bukan soal Covid-19, tetapi manuver politik untuk manfaatkan situasi. Pada sisi lain pemerintah sedang menghadapi berbagai masalah seperti devisit neraca perdagangan, kurs rupiah menurun, kasus Jiwasraya dllnya. Harapan kita semua agar pemerintah jangan kehilangan fokus dan jangan terpancing dengan berbagai manuver politik. Maklumi saja, anggap bumbu demokrasi, dinamika suatu hal biasa.
Fokus menangani wabah Corona sangat penting. Jangan lupakan mengurus tenaga medis garda depan, honor tambahan dan alat perlengkapan jangan sampai kurang seperti hari hari kemarin. Memang berat jadi bagian pemerintah. Tapi ini tantangan untuk semakin meningkatkan pengabdian.
Beberapa waktu lalu, PM Italia menyatakan kepada rakyatnya bahwa ia sudah melakukan segala cara untuk hadapi Corona. Tapi tidak efektif. Oleh karena itu, ia menyerahkan kepada Yang Mahakuasa. Kesimpulannya, ikhtiar lahir dan batin serta jangan ada yang mengail di air keruh , bukan ikan yang diperoleh, mungkin sandal jepit yang didapat.
Wallahu a'lam.
*) Dipetik dari catatan pribadi di akun FB As'ad Said Ali, Senin, 23 Maret 2020.
Advertisement