Pancasila, Working Ideologi
(Renungan Hari Kesaktian Pancasila)
Bangsa Indonesia selamat dari makar PKI (Marxisme- Leninisme-Maoisme) pada 1 Oktober 1965, karena berpegang kuat pada Pancasila. Setelah dua puluh lima tahun (1990) pemimpin negara komunis, Uni Soviet, runtuh diikuti bubarnya Partai Komunis Eropa Timur dan sebagian besar dunia ketiga. Organisasi negara negara Komunis dunia, Komintern juga bubar.
Faktor utama hancurnya gerakan komunisme adalah terjadinya globalisasi informasi & teknologi, sehingga rakyat di negara komunis melihat ada kemakmuran yang lebih besar, di negara negara di luar negara komunis.
Sebelum Uni Soviet runtuh, Partai Komunis China (saingan PK Uni Soviet) melakukan perubahan mendasar untuk menghindar dari kehancuran yang sudah di depan mata sebagai akibat gagalnya Ketua Partai Komunis China (PKC) Mao Zedong merangkap sebagai presiden, 1959 - 1966, melaksanakan strategi “Lompatan jauh ke depan”.
Akibatnya terjadi kelaparan selama tiga tahun berturut-turut dan Mao mundur sebagai presiden , tetapi tetap menjabat sebagai ketua PKC. Presiden baru Liu Shaoqi mengangkat Deng Xiao Ping sebagai Perdana Menteri (PM) yang kemudian dikenal sebagai arsitek pembangunan RRC.
Slogannya “Sosialisme Berkarakter Cina", Marxisme plus kearifan lokal China, sedang Leninisme dan Maoisme dibuang pelan-pelan.
PKC mengajak kekuatan Sosialis lainnya mengendalikan politik dan mengembalikan milik pribadi, penghapusan pertanian komunal, kebebasan berusaha, pengakuan budaya dan kebebasan beragama karena agama dianggap bagian dari budaya. Kebebasan beragama dituangkan dalam Maklumat Negara no XIX.
Super Power Ekonomi
Para penggantinya melanjutkan dengan mengundang modal dan teknologi asing, ikut dalam sistem perdagangan dunia. Jadilah China sebagai negara super power ekonomi. Presiden Xi Jinping semakin melonggarkan kebebasan beragama dengan alasan agama sebagai budaya, agama positif untuk pembangunan dan agama bisa memperkuat diplomasi China.
Gerakan kiri di Indonesia sampai dekade pertama abad XXI belum melirik ke China. Sekarang kelompok Kiri Indonesia saya perhatikan mulai melirik sukses PKC. PKI (Marxisme- Leninisme- Maoisme) telah terkubur, jadi kalau ada komunis gaya baru tidak lagi seperti PKI seperti dulu. Tetapi gerakan kiri jenis baru, suatu metamorfosis komunisme entah seperti apa -- sejauh ini saya tidak lihat ada ekspansi ideologi komunis ala China. Masih jauh .... tetapi perlu diwaspai, tidak boleh lengah.
Meskipun ada kebebasan agama, tetapi aktivis Partai Komunis China (sekitar 8 juta atau 5 % penduduk China) harus loyal kepada partai/doktrin komunis. Artinya loyalitas kepada agama menjadi nomer sekian. Kalau Indonesia terus melipatgandakan jumlah BUMN, suatu saat akan ada yang menanyakan , apakah anda meniru RRC?
Bukankah BUMN mestinya bergerak di bidang yang menguasai hajat hidup rakyat banyak dan usaha perintis manakala usaha private belum berkembang?
Jadikan Pancasila sebagai working Ideologi dan nafas budaya masyarakatnya. Hidup Pancasila. Itulah kuncinya. Tidak usah khawatir berlebihan, yang penting kenali potensi musuhmu. Jadi tidak dianggap ngawur serta kendalikan korupsi.
DR KH As'ad Said Ali
Mantan Wakil Kepala BIN, Pengamat sosial politik, Mustasyar PBNU periode 2022-2027, tinggal di Jakarta.
Advertisement