Dampak La Nina, Warga Banyuwangi Diminta Waspada Cuaca Ekstrem
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas III Banyuwangi I Gede Agus Purbawa menyatakan, dampak terjadinya La Nina sejak September lalu, akan menambah curah hujan dengan kisaran 20 sampai 40 persen.
"Dampaknya, ketika musim hujan ya curah hujannya semakin banyak. Jumlahnya bisa lebih banyak dan intensitasnya bisa lebih lebat. Kalau (terjadi pada) musim kemarau musim kemaraunya akan basah," jelas Gede, Minggu 11 Oktober 2020.
Gede menambahkan, jika La Nina intensitasnya kuat, maka dampaknya akan semakin ekstrem. Menurutnya bisa memicu banjir, tanah longsor. Di wilayah pantai dan perairan, kata Gede, La Nina itu tidak memiliki dampak langsung. Karena La Nina merupakan fenomena anomali menurunnya suhu laut di wilayah Pasifik yang seharusnya suhu lautnya hangat berubah menjadi dingin. Dampak langsungnya hanya menambah curah hujan saja.
"Dampak tidak langsungnya, nanti ketika musim pancaroba banyak awan CB (cumulonimbus) di perairan. Itu masyarakat yang beraktivitas di pantai harus mewaspadai karena awan CB yang besar itu berpotensi membuat cuaca ekstrem, baik hujan lebat meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang. Tapi setelah awannya hilang, normal lagi," bebernya.
Berdasarkan rilis dari BMKG pusat, menurutnya, Banyuwangi akan memasuki musim hujan paling awal di bulan November 2020. Hujan akan dimulai dari dataran tinggi lebih dulu baru terakhir ke dataran rendah.
Wilayah dataran rendah di Banyuwangi berada di Kecamatan Wongsorejo dan Tegaldlimo. Dua wilayah ini diperkirakan baru masuk musim penghujan pada bulan Desember.
"Pancaroba itu bukan musim tapi peralihan dari hujan ke kemarau atau kemarau ke hujan. Nah itu ciri khasnya karena kondisi atmosfirnya labil tidak stabil, itu biasanya cuacanya tidak menentu," jelasnya.
Dia mencontohkan, pada musim pancaroba seringkali terjadi perubahan cuaca secara mendadak. Pagi hari panas, tiba-tiba siang tumbuh awan, kemudian sore harinya hujan lebat. Atau hari ini hujan, besok cerah dan panas.
Mengacu prakiraan BMKG pusat di mana musim hujan di Banyuwangi diperkirakan dimulai bulan November, maka musim peralihannya adalah bulan Oktober ini.
"Nanti akhir Oktober akan semakin ekstrem. Jadi ciri-cirinya hujan lebat disertai petir, angin kencang, sering juga disertai angin puting beliung pada daerah-daerah yang flat atau datar dering juga ada terjadi hujan es," ungkapnya.
Dengan kondisi ini, Dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan imunitas karena dari sisi kesehatan, suhu yang berubah-ubah dari panas ke dingin dan sebaliknya, irawan menimbulkan penyakit.
Dari sisi lingkungan, masyarakat diminta memotong pohon yang tinggi karena kalau terjadi puting beliung atau angin kencang, sangat rawan. "Antisipasi cuaca, untuk masyarakat yang diperairan agar berhati-hati saat melihat awan CB yang tiba-tiba muncul besar. Itu berpotensi meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang secara tiba-tiba," pungkasnya.