Pameran Lukisan Karya Dua Aktivis; Desemba Sagita dan Sentot Usdek
Di Sidoarjo sedang berlangsung pameran lukisan yang menarik. Dua pelukis berlatar belakang aktivis, Desemba alumni Jurusan Matematika ITS, dan Sentot Usdek alumni Fakultas Hukum Unair, menggelar karya mereka, di Galeri Dewan Kesenian Sidoarjo (Desesda). Pembukaan pameran berlangsung Minggu (2/6) sore, dan pameran akan berakhir 9 Juni mendatang.
‘2 Perspektif’, adalah tajuk dari pameran berdua ini. Tidak sulit menafsirkan, setelah melihat karya-karya keduanya yang dipajang di galeri, yang tadinya adalah ruang kelas sebuah sekolah dasar, di Jalan Erlangga, Sidoarjo. Pameran dibuka oleh Anom Surahno, mewakili Pak De Karwo, Gubernur Jatim periode 2009-2019 yang berhalangan hadir.
Desemba melukis dengan obyek simbol-simbol matematika yang menjadi basis keilmuannya. Secara jujur dia menutupi kekurangannya dalam hal teknis, dengan kekuatan tafsir atas sebuah simbol matematika. Simbol matematika yang bisa menjadi multitafsir itu misalnya, bisa dilihat pada karyanya yang berjudul Be Positive. Sebuah kanvas dengan ukuran cukup besar, 150 x 200 Cm, latar belakang warna merah dengan noda hitam, di bagian atasnya terdapat lukisan [X]. Penikmat dipersilahkan untuk menafsirkan sendiri, apa makna dari lukisan besar ini. Tanpa harus lebih dahulu mendengarkan penjelasan Desemba.
Sementara Sentot Usdek menyajikan karya yang berisi paduan antara teknis melukis dan gagasan seorang aktivis. Misalnya lukisan besar berukuran 135 X 200 Cm yang mengambarkan Dewi Keadilan, dengan mata ditutup kain putih, tangan kiri membawa timbangan dan tangan kanan membawa pedang, berdiri di atas serakan uang kertas. Mudah saya orang menafsirkan makna lukisan berjudul Justice not for all, yang menggambarkan kondisi hukum di negeri kita, saat ini. Beda dengan karya Desemba yang multitafsir, gagasan apa yang dimaksudkan Sentot dalam lukisannya, mudah dicerna para penikmatnya.
Hari Prajitno yang bertindak sebagai kurator pameran, mengambarkan Desemba dan Sentot sebagai sosok dengan dua gaya, dua cara ungkap, yang secara teknis jauh berbeda, dua pribadi dengan dua pandangan yang berbeda karena memang memiliki disiplin pengetahuan yang berbeda pula. “Dualitas adalah konsep yang menggambarkan dua elemen yang saling berlawanan namun saling melengkapi satu sama lain,” tulis Hari Prajitno dalam pengantar kuratorial.
Ribut Wijoto, sebagai Ketua Dewan Kesenian Sidoarjo merasa terhormat karena Galeri Dekesda dipilih sebagai tempat pameran karya Desemba Sagita dan Sentot Usdek. Dekesda berharap pameran karya kedua perupa membawa dampak baik untuk pemajuan seni budaya Sidoarjo.
“Desemba Sagita dan Sentot Usdek adalah dua perupa yang memiliki latar belakang relatif sama, aktif sejak lama di kegiatan sosial. Bahkan sejak mahasiswa, keduanya aktif di organisasi kepemudaan GMKI dan GMNI. Kepedulian sosial mengejawantah sangat kuat dalam karya lukis Desemba Sagita dan Sentot Usdek. Karya keduanya merupakan wujud pandangan tajam atas berbagai fenomena politik, ekonomi, lingkungan, religi, dan sebagainya, kata Ribut Wijoto. (nis)