Pameran Lukisan Beraninya GED
Tiga pelukis Sidoarjo memamerkan karya mereka di Galeri Prabangkara, taman Budaya Jatim Jl. Gentengkali Surabaya. Ketiganya adalah Ganda Dagar, Eddy Kuas dan Djagad Ngadianto. Inisial nama mereka kemudian dipakai untuk tema pameran, GED.
Menarik sekali mengamati pameran GED ini. Di Galeri Prabangkara terdapat tiga ruangan yang biasa untuk pameran lukisan. Satu ruang berada di bawah, dua lainnya di lantai atas, sehingga masing-masing pelukis mendapat bagian satu ruangan. Pembagian ruang yang cerdik, karena setiap pelukis jadi seperti menggelar pameran tunggal.
Di ruang pertama di lantai bawah, dipajang lukisan-lukisan karya Djagad Ngadianto yang hampir semua bertema semedi atau bertapa. Orang yang wajahnya mirip pelukis, digambarkan sedang bertapa dengan posisi mirip Sang Budha.
Djagad nampaknya sedang menekuni laku religi tetapi dengan sapuan warna-warna dasar kuning, biru dan merah. Dia ingin berkontemplasi melalui lukisan. Dengan obyek yang murung tetapi dengan latar yang riuh. Garis-garis tegas pada obyek dilatar-belakangi warna tegas.
Interpretasi yang muncul setelah menyaksikan karya-karya Djagad, bisa saja berupa keinginan atau ajakan berkontemplasi di dunia yang riuh. Atau bisa juga karena dia masih memiliki persoalan terhadap latar belakang untuk lebih memberi dukungan suasana pada obyek utama. Ini persoalan proses saja.
Naik ke lantai atas, di ruang sebelah utara ditampilkan beberapa karya Eddy Kuas. Obyeknya menarik, motor atau mobil tua atau obyek lain dari stainless. Melihat perjalanan Eddy Kuas selama ini, obyek stainless ini nampaknya hasil terakhir yang dia peroleh dalam berproses.
Nampak sekali ketekunan dia sebagai pelukis yang terus bergerak, terus berkarya dan tidak akan merasa puas. Proses demikian memang harus dimiliki seorang kreator. Dia harus gelisah. Tanpa kegelisahan jangan jadi seniman.
Sebagaimana Djagad, Eddy juga menghajar latar belakang obyek dengan torehan tegas warna-warna dasar merah, kuning, biru dan hijau. Akibatnya pada beberapa karya, obyek yang sebenarnya sangat menarik jadi nampak tenggelam oleh torehan garis warna-warni yang ditampilkan sebagai latar. Tetapi bisa juga terohen garis warna-warni itu memang dimaksudkan untuk menenggelamkan barang-barang tua yang jadi obyek utama. Sebagai simbolisasi masa lalu yang makin tenggelam oleh hingar bingar kehidupan jaman selarang? Ini hanya sekadar pertanyaan.
Di ruang terakhir, ada karya-karya Ganda Dagar, dengan warna-warna yang minim cenderung muram dengan teknik sapuan ekspresionis. Obyeknya beragam. Ada bangunan, kota, pasar dan beberapa obyek yang lain.
Meskipun ada obyek, tetapi karena dia memakai teknik menggores cepat, maka pada beberapa lukisan seperti bergenre abstrak. Karena itulah yang muncul dalam bidang kanvas adalah suasana. Suasana kacau sebuah kota, suasana suram dari sebuah bangunan, atau suasana padat pada toko-toko yang kumuh di pinggir jalan.
Ini sebagai catatan saja, dari penafsiran bebas yang muncul setelah menyaksikan pameran lukisan bertiga Ganda Dagar, Eddy Kuas dan Djagad Ngadianto atau GED, di Galeri Prabangkara. Hari ini, Sabtu 23 Desember adalah hari terakhir pameran, yang dimulai 19 Desember lalu.
Pameran GED ini sebagai ujud geliat dari para pelukis Sidoarjo yang tergabung dalam komunitas bernama Komperta atau Komunitas Perupa Delta. Dikatakan, para pelukis dalam komunitas itu berpameran tampil bertiga, bertiga dan bertiga secara bergiliran. Atau semacam arisan. Ketika ada tiga orang pelukis anggota komunitas berpaeran, maka para pelukis lain akan memberi dukungan berupa apa saja. Ini solusi yang cerdas untuk mamacu semangat anggota komunitas.
Berani tampil, dengan tampil berani, memang berbeda. Fokus Komperta kelihatannya pada yang pertama, meskipun ada anggota yang melakukannya untuk yang kedua. (anis)