Pameran Kesenian di Surabaya Pamerkan Mistisme Jawa
Pameran kesenian di Gedung Unicorn Extension, Jalan Ir Soekarno, Surabaya, menampilkan nilai-nilai kearifan lokal budaya Indonesia. Nilai kearifan lokal tersebut berfokus membahas terkait mistisme yang mengakar dalam keseharian masyarakat Jawa.
Pameran ini diselenggarakan oleh komunitas seni Kecoak Timur dengan mengambil tema Djinn Diplomacy terkait Sesajen. Proses kurasi karya dilakukan oleh Kurator asal Jepang, Yuki Hatori dan Kurator asal Indonesia, Ayos Purwoaji.
Ada sebanyak 10 karya yang dipamerkan meliputi lukisan, instalasi, foto, hingga video. Kurator, Yuki Hatori mengatakan bahwa sejumlah karya yang dipamerkan bercerita terkait hal-hal mitologis di Indonesia.
“Buat aku memang itu menarik. Aku datang ke Jawa Timur masyarakatnya sudah modern. Bisa menerangkan secara logis. Tapi ternyata hal-hal yang irasional punya kekuatan lebih gede,” ujarnya, pada Sabtu 22 Oktober 2022.
Yuri mencontohkan proyek dari Kecoak Timur yang mengambil lokasi di Sungai Jagir, Wonokromo, Surabaya. Di lokasi tersebut ada permasalahan terkait kebiasaan masyarakat yang sering membuang sampah ke sungai.
“Di sana (sungai) sudah ada tulisan imbauan agar masyarakat jangan membuang sampah sembarangan. Tapi orang tetap buang sampah di sini (sungai),” katanya.
Lalu oleh tim Kecoak Timur di Sungai tersebut ditaruh sebuah batu, ditaburi bunga, ditambah dengan aksara Jawa. Hal ini ternyata kata Yuri, malah membuat perilaku masyarakat tidak berani lagi membuang sampah sembarangan.
“Jadi orang mikir ini (sungai) tempat suci. Jadi sampahnya tidak ada lagi. Jadi pertama kali lihat proyek itu aku harus percaya hal ini (mistis),” ujarnya.
Karya dari Kecoak Timur terkait mistisme di Jawa ini membuat salah satu seniman mereka Anggun Setiawan diundang untuk residensi di Chikugo, Jepang dan menggelar pameran di galeri Kyushu Geibunkan pada Agustus 2022, lalu.
“Jadi harapannya kebudayaan terus tumbuh bukan sebagai pakem. Jadi masyarakat juga bisa ikut dalam gagasan baru. Ikut modern boleh, tapi jangan lupa akan kebudayaannya,” kata Anggun.