Pameran Djinn Diplomacy, Ada Benda Keramat Indonesia - Jepang
Hal-hal mistis yang terkadang tidak masuk akal atau irasional ternyata bisa dijelaskan menjadi sesuatu yang masuk akal (rasional). Pemikiran ini dituangkan oleh Kecoak Timur dalam pameran karya berjudul "Djinn Diplomacy".
Pameran yang berlangsung mulai 22 Oktober hingga 13 November 2022 ini menunjukan beberapa benda keramat yang dikaitkan dengan keyakinan masyarakat.
Selain itu, karena pameran ini merupakan bentuk kerja sama antara seniman Indonesia dengan seniman Jepang, ada pula karya yang menunjukan persamaan hal-hal mistis di dua negara tersebut.
"Banyak orang mengira mistis itu hal yang tidak bisa dijelaskan, tapi sebenarnya bisa untuk dijelaskan. Jin merupakan energi yang menempel pada suatu objek, persepsi ini juga sama dengan seni rupa yakni sebuah karya pada objek tertentu," kata perwakilan Kecoak Timur, Anggun Setiawan.
Menurut seniman muda asal Surabaya ini, mistis bukan sesuatu yang harus ditakutkan semata, tapi juga bisa memiliki kekuatan yang bisa menjaga ekosistem dan lingkungan.
Seperti karya kolektif yang berjudul 'Power of Faith' karya ini diciptakan sebagai reproduksi mitos baru dengan mengolah strenghts dan opportunities keyakinan masyarakat di suatu daerah.
"Jadi karya ini itu bentuk mini dari sebuah punden, kenapa dikatakan bisa menjaga ekosistem lingkungan? Sebab, karya ini kami letakkan di sekitar kawasan sungai yang ada di Surabaya, kami kasih dupa dan berhasil. Masyarakat yang biasanya buang sampah di sana jadi sungkan karena menganggap tempat itu keramat," terangnya saat ditemui di Unicorn Extention, Jalan Dharma Husada Indah Utara 41, Surabaya.
Dari pengalaman itu, ia dan teman-temannya mengambil kesempatan mengolah kepercayaan atau keyakinan masyarakat untuk menjaga ekosistem alam dari manusia itu sendiri.
Selain karya di atas, ada pula karya yang berjudul 'Kerabat Dekat' karya ini adalah miniatur dari bagaimana orang jawa mengubur ari-ari anak yang baru lahir.
Di sini ungkap Anggun, ia dan teman-temannya ini menggambarkan sebuah jimat dari Indonesia. Jimat yang paling baik setelah lahiran yakni ari-ari yang notabene adalah diri sendiri.
Tak hanya karya tiga dimensi dalam gelaran ini juga ada karya lukisan, isntalasi, sketsa dan seni media baru. Total ada 10 karya dari 12 seniman kolektif Kecoak Timur.
Anggun berharap, adanya pameran ini membuat kebudayaan terus dijaga dan tidak ditinggalkan. Hal yang irasional bisa menjadi sesuatu rasional tergantung cara kita berpikir dan memandang.
"Negara atau bangsa yang maju tidak akan meninggalkan jati dirinya, kebudayaan tetap bisa dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman," harap pria lulusan seni rupa murni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini.
Disisi lain seniman asal Jepang yang juga kurator untuk pameran ini, Yuki Hatori mengatakan ada beberapa kesamaan kepercayaan antara orang Indonesia dan orang Jepang.
"Salah satunya ialah, untuk menjaga alam ada tradisi orang Jawa dengan membalutkan kain putih ke pohon. Tradisi ini juga ada di Jepang, mereka taru torii (semacam gerbang) untuk menjaga sesuatu," ujar pria 32 tahun ini.
Advertisement