Pameran Batik, Bordir Fair 2022, Ini Target Penjualan UMKM
Pameran Batik, Bordir dan Aksesoris Fair 2022 kembali diselenggarakan oleh PT. Debindo Mitra Tama bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Timur. Pameran yang diadakan di Grand City Surabaya ini, digelar dimulai pada tanggal 2 hingga 6 Maret mendatang.
Dalam pemeran ini ada 84 stand batik, bordir, tenun hingga aksesori, yang terdiri dari perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten atau Kota di Jawa Timur, swasta, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Mandiri dari Surabaya, Bandung, Tasikmalaya hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
Brigitta Putri, Marketing Communication PT. Debindo Mitra Tama mengatakan, untuk penyelenggaraan ke-17 kali ini mengangkat tema "Semangat Panji dalam Kebangkitan Ekonomi Jawa Timur".
"Dalam pameran ini juga menampilkan kolaborasi batik, bordir dan aksesoris bertema "Panji" dari asosiasi Jawa Timur dan macam-macam motif Panji dari 38 kabupaten atau kota di Jawa Timur," kata Brigitta ditemui, Kamis, 3 Maret 2022.
Pihaknya berharap pameran ini dapat menjadi wadah UMKM untuk berinteraksi langsung dengan pembeli, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
"Kami berharap pameran ini bisa menjadi wadah bagi pengrajin batik di Indonesia, khususnya Jawa Timur untuk menunjukkan karyanya pada masyarakat luas," harapnya.
Target Penjualan Stand yang Mengikuti Pameran.
Setiap stand yang hadir dalam pameran ini memiliki target penjualan masing-masing seperti yang diungkapkan, Erma Hendra Rini UMKM aksesoris dan perwakilan dari Dekranasda Kabupaten Blitar.
"Untuk target penjualan di pameran ini sekitar Rp 40 juta. Di hari pertama dan kedua responnya cukup bagus, sudah seperempat dari target tercapai," kata Erma.
Ia pun berharap, pameran di hari-hari berikutnya akan semakin ramai dan bisa memenuhi target. Dalam pameran ini, pihaknya membawa batik tulis dengan motif khas Blitar, yaitu Cakrapala.
"Cakrapala itu bentuk relief di dalam candi Penataran Blitar. Motif ini yang menjadi motif ciri khas batik dari Blitar," jelasnya.
Sementara, perwakilan Dekranasda Ponorogo, Yani Supiani mengungkapkan, dalam pameran ini pihaknya tak menargetkan penjualan. Hanya saja pihaknya ingin batik khas Ponorogo bisa semakin dikenal.
"Kami membawa batik tulis, ada yang dibuat dengan pewarna buatan dan sintetis. Kami ingin batik Ponorogo dengan ciri khas Reog Ponorogo bisa semakin dikenal oleh masyarakat," ungkap Yani biasa ia disapa.
Batik-batik Ponorogo yang dibawa dalam pameran ini merupakan hasil dari 10 perajin batik di Ponorogo.