Pakde Karwo; Produk Baik Ditentukan oleh Kualitas Mesin
Surabaya: Gubwenur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, sebuah produk sebelum sampai pada tahap pemasaran sangat ditentukan oleh kualitas mesin. Ia mencontohkan, produk lempengan baja dari pabrik Maspion di Gresik yang lebih laku adalah hasil mesin keluaran Tahun 2010. Sehingga yang menjadi masalah adalah bagaimana biaya produksi bisa ditekan melalui efisiensi mesin.
“Bila ingin memenangkan kompetisi, salah satu yang harus diperhatikan adalah proses industrialisasinya. Maka kesempatan baik untuk memperbaiki mesin pada industri pengolahan,” terang Pakde Karwo sapaan akrabnya usai membuka The 5th Annual Indonesia Marketeers Festival 2017 di Hotel Sangri-La Surabaya, Kamis (6/4).
Ia juga menjelaskan faktor lain yang bisa menekan ongkos produksi adalah skema pembiayaan. Apabila perbankan meminjamkan kredit dengan suku bunga tinggi, maka industri tidak akan jalan.
“Bila pinjam uang di bank bunganya 12 persen gak akan jalan, harus satu digit, antara 7-8 persen. Ini yang kami jalankan melalui skema loan agreement,” katanya.
Menurutnya, pemerintah memiliki peran untuk menurunkan suku bunga. Hal ini dilakukan untuk memberi kemudahan pada industri kerakyatan seperti UMKM. Di Jatim, sebanyak 54,98 persen industri berada di sektor UMKM. Serta, 1.600 sektor UMKM Jatim memiliki produk ekspor dengan standar internasional.
“Salah satu kegagalan liberalisasi adalah UMKM tidak diberi kemudahan. Kalau tidak diberi kemudakan, mereka maka akan bangrut, pasar tidak terbentuk, dan tidak ada barang yang dibeli oleh rakyat,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pakde juga menjelaskan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim Tahun 2016 sebesar 1.855,04 triliun rupiah, dari total PDB nasional sebanyak 12.406,80 Triliun rupiah. Sehingga PDRB Jatim menyumbang PDB nasional sebesar 14,95 persen.
Sementara itu, share industri Jatim Tahun 2016 terhadap nasional sebesar 21,08 persen. Dimana sebanyak 30,44 persen industri pengolahan di Jatim berasal dari sektor makanan dan minuman dan 27,07 persen berasal dari sektor pengolahan tembakau.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jatim Tahun 2016 sebesar 5,55 persen, lebih tinggi dari nasional sebesar 5,02 persen. Sedangkan tingkat inflasi Jatim pada Tahun 2016 sebanyak 2,74 persen.
Agar tak sepenuhnya bergantung pada APBD, Pakde Karwo mengusulkan strategi pembiyaan non-APBD. Pertama, melalui public private partnership, yakni kerjasama pemeritah dengan badan usaha seperti salah satunya dalam proyek SPAM Umbulan.
Kedua, melalui sistem corporate bond (obligasi yang dikeluarkan perusahaan). Sistem ini diantaranya dilakukan dalam proyek pembangunan pelabuhan Probolinggo. Ketiga, business to business (BUMD Jatim – Bank dan Non Bank seperti PT. Sarana Multi Infrastruktur). (rah)