Pakar Universitas Bhayangkara Optimis Jatim Kuat Hadapi Resesi
Salah satu dampak pandemi Covid-19 yang mengancam dunia adalah resesi ekonomi, tak terkecuali bagi Provinsi Jawa Timur (Jatim). Namun pakar Universitas Bhayangkara optimis, wilayah tersebut memiliki ketahanan pangan yang cukup kuat.
Research Profesor LIPI/Puskesmas Universitas Bhayangkara Jakarta, Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, optimis jika menurunnya sektor ekonomi, tak begitu berdampak bagi masyarakat Jatim.
“Kalau (ekonomi) turun sih pasti, tapi masih di atas rata-rata. Kuartal keduanya belum keluar angkanya sehingga kita gak bisa menghitung seberapa jauh penurunannya,” kata Hermawan, saat menghadiri Ekspos Hasil Survei Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Jatim di Balai Kota Surabaya, Rabu, 12 Agustus 2020.
Hermawan mengatakan, salah satu penyebab penghambat resesi di Jatim adalah faktor pangan. Menurut dia, tingkat konsumtif masyarakat Jatim yang cukup tinggi, dapat menghambat penurunan ekonomi.
“Logika sederhanya gampang, basis terbesar Jatim adalah pangan, itu terlihat sektor konsumsi paling tinggi adalah makan. Orang jatim suka makan, angkanya sampai 49-50 persen. Nah jadi dari situ saja masih tahan,” jelasnya.
Selain itu, kata Hermawan, Jatim merupakan salah satu provinsi penghasil beras di Indonesia. Karenanya, warga diwilayah tersebut, tak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.
“Jatim itu lumbung pangan, ada pandemi kan tidak berarti lalu produksi padi turun. Jumlah mulut yang makan padi juga tidak bertambah tetapi keseimbangan, yang sedikit bergeser keseimbangan itu,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Hermawan berpendapat bahwa Jatim tak akan banyak terpengaruh dengan adanya resesi itu. Minimal, provinsi tersebut akan mengalami resesi paling akhir, dibanding wilayah lainnya.
“(Pangan) itu yang membuat Jatim relatif lebih tahan dan mungkin kalau resesi jatim paling terakhir. Masih sangat optimistis, pangannya gak berkurang kok, sawah-sawah kenak pandemi apa produksinya turun? Kan enggak,” tutupnya.