Pakar Ungkap Transisi TV Analog-Digital Ada Kaitannya dengan 5G
Analog Switch-Off (ASO) atau penghentian penyiaran televisi (TV) analog ke siaran TV digital mendapatkan perhatian banyak pihak. Program ini tengah dilakukan secara bertahap oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo RI).
Salah satunya adalah dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Surabaya, Djuwari. Ia menjelaskan soal keuntungan dan kerugian sejumlah pihak dalam hal ini. Menurutnya, alasan pemerintah mengalihkan siaran TV analog ke digital dapat dikaitkan dengan pengoperasian 5G yang membutuhkan bandwidth besar. Pasalnya, gelombang radio yang ada sudah terpakai untuk satellite communication, mobile devices, dan paling banyak untuk radio dan televisi.
Sehingga, pemerintah perlu memakai frekuensi se-efisien mungkin agar bisa menempatkan kebutuhan bandwidth 5G pada ruang yang sekarang digunakan untuk analog TV broadcasting.
“Supaya efisien, bandwidth yang sama harus bisa dipakai oleh banyak orang. Itu hanya bisa dimungkinkan kalau siaran tv analog berpindah ke digital. Nantinya 5G akan ditaruh di bandwidth ‘gusuran’ siaran tv analog itu,” jelasnya.
Djuwari menyebut adapun lima pihak yang merasakan untung dan rugi dari pemindahan saluran TV ini adalah, pemerintah, operator seluler 5G, masyarakat, produsen atau importir Set Top Box (STB), dan perusahaan stasiun televisi.
Ia menjelaskan, masyarakat pasti mengalami dampak dari hal ini, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah, karena mereka harus membeli STB supaya dapat menonton TV digital.
Dalam hal ini, produsen atau importir STB mendapat keuntungan dari penjualan STB yang laku keras.
"Tapi sifatnya hanya sementara karena ke depan jika TV lama rusak, maka masyarakat akan membeli TV baru yang sudah menerima siaran digital secara langsung," ungkapnya.
Di sisi lain, perusahaan stasiun TV yang biasanya memutarkan siaran TV analog, kini perlu mengganti perangkat siarannya ke digital untuk seluruh wilayah di Indonesia.
Hal itu memerlukan biaya besar untuk memodifikasi pemancar analog ke pemancar digital. Akan tetapi di luar aspek ekonomis, stasiun televisi juga mendapatkan keuntungan.
"Sebab siaran TV digital memungkinkan 1 channel untuk 3-4 program siaran sekaligus, maka mereka bisa pasang iklan yang banyak. Jadi sebenarnya ada peluang dan potensi,” imbuhnya.
Peluang besar juga didapat operator seluler karena akhirnya mendapat ‘jalan’ untuk mengoperasikan 5G.
Dari fenomena ini ia berpendapat, pemerintah menjadi pihak yang mendapat keuntungan besar. Sebagai pengelola frekuensi di Indonesia, semua pengguna frekuensi seperti stasiun tv dan operator seluler 5G nantinya akan membayar sewa ke pemerintah.
Ditambah, pemerintah juga mendapat pajak dari importir STB. “Maka, kalau sudah mendapat keuntungan besar, sudah selayaknya keuntungan itu dialokasikan untuk memberikan subsidi ke masyarakat. Tidak lama, hanya sampai masa transisi selesai dan masyarakat sudah beradaptasi,” ujar Wakil Rektor IV Ubaya itu.
Terlepas dari adanya untung rugi, perpindahan ke siaran TV digital merupakan suatu hal yang tak terelakkan.
Djuwari mengatakan, teknologi selalu bergerak ke depan dan memberikan banyak peluang baru yang menguntungkan masyarakat. Mau tidak mau masyarakat juga harus berkembang dengan teknologi baru. “Siaran TV digital dan kehadiran 5G pasti akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di kemudian hari,” tandasnya.