Pakar Unair Ungkap 4 Sebab Minyak Goreng jadi Mahal
Minyak goreng menjadi komoditi yang langka dan mahal di pasaran. Masyarakat pun dibuat bingung mencari minyak goreng sehari-hari. Lantas apa sebenarnya penyebab minyak goreng menjadi langka dan harganya tak kunjung turun?
Pakar ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Rossanto Dwi Handoyo mengatakan, kelangkaan minyak goreng di pasaran tidak terlepas dari mekanisme penawaran dan permintaan atau supply and demand.
Ia menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan penurunan supply minyak goreng di dalam negeri.
Produsen Pilih Ekspor Minyak
Sebelumnya pemerintah sudah menyampaikan bahwa Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia sedang mengalami kenaikan harga. Kenaikan itu dari $1100 menjadi $1340. Sehingga minyak goreng menjadi mahal.
"Akibat kenaikan CPO, produsen minyak goreng lebih memilih menjual minyak goreng ke luar negeri dibandingkan ke dalam negeri. Produsen akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar apabila menjual minyak goreng ke luar negeri,” ungkapnya.
Program B30 Pemerintah
Faktor kedua, ungkap Rossanto, terkait kewajiban pemerintah dengan program B30. Program B30 adalah program pemerintah untuk mewajibkan pencampuran 30 persen diesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis solar. Ada peralihan menuju ke produksi biodiesel.
Saat ini, terang Rossanto, konsumsi yang seharusnya digunakan untuk minyak goreng digunakan untuk produksi biodiesel. Hal itu karena ada kewajiban untuk pengusaha CPO agar memenuhi market produksi biodiesel sebesar 30 persen.
Pandemi Covid-19 Belum Usai
Selanjutnya, faktor yang menyebabkan kelangkaan minyak goreng adalah pandemi Covid-19 yang belum usai.
"Ada beberapa negara di belahan dunia lain yang sedang mengalami gelombang ketiga Covid-19. Konsumen luar negeri yang selama ini menggunakan minyak nabati juga mulai beralih ke CPO. Sehingga ada kenaikan permintaan di luar negeri terkait ekspor CPO,” terangnya.
Proses Distribusi dan Logistik
Rossanto menekankan, produsen minyak goreng hanya ada di beberapa daerah saja. Sedangkan proses distribusi minyak goreng dilakukan ke berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan kenaikan harga distribusi.
"Selain itu terkait logistik, harga kontainer saat ini lebih mahal dari sebelumnya. Shipping atau perkapalan juga mengalami kenaikan harga. Faktor itu mendorong harga kebutuhan minyak goreng mengalami kenaikan," imbuhnya.
Rossanto mengungkapkan, naiknya harga minyak goreng akan mendorong inflasi secara umum. Dampak yang ditimbulkan dapat memengaruhi beberapa sektor, di antaranya sektor industri makanan, rumah tangga, dan semua produksi yang menggunakan bahan baku minyak goreng. “Oleh karena itu dampaknya juga akan lebih terasa terhadap inflasi terutama dari segi Indeks Harga Konsumen (IHK),” pungkasnya.