Pakar Ubaya Sebut Radial Road Efektif Atasi Kemacetan Surabaya
Dosen dan mahasiswa Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Surabaya (Ubaya) Aluisius Hery Pratono meneliti kebutuhan ekonomi pembangunan radial road di Surabaya Barat.
Ia fokus meneliti dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat kemacetan di jalan Lontar dan efektivitas pembangunan radial road di Surabaya.
Aluisius menjelaskan, pembangunan radial road (jalur alternatif) bisa menjadi salah satu cara mengurangi macet di Kota Pahlawan, selain meminta masyarakat untuk berpindah ke kendaraan umum.
"Mungkin trennya saat ini bergeser, masyarakat memang tidak banyak minat dengan kendaraan umum ini bisa menjadi salah satu alternatif," kata Hery.
Untuk membuktikan hal tersebut ia melakukan penelitian pada pembangunan radial road yang ada di kawasan Lontar, Surabaya Barat.
Seperti diketahui, Pemkot Surabaya akan membangun radial road jalan segmen I mulai dari sisi Masjid Baiturrozaq, CitraLand ke arah kantor Kelurahan Lontar.
Menurutnya, penelitian jalan alternatif yang menghubungkan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) dengan Jalan Lingkar Dalam Barat (JLDB) ini akan difungsikan untuk mengurai kepadatan arus lalu lintas yang diakibatkan oleh besarnya volume kendaraan di kawasan Lontar.
"Mengingat kondisi jalan Lontar saat ini termasuk over capacity. Hasil survei pada hari kerja, volume kendaraan mencapai 88 persen sehingga arus lalu lintas tidak stabil dan laju kendaraan rendah. Pada akhir pekan, volume kendaraan mencapai 153 persen sehingga arus lalu lintas terhambat hingga berhenti,” ungkap Hery sapaan akrabnya.
Lanjutnya, kondisi tersebut mengakibatkan biaya operasional kendaraan menjadi bertambah. Seperti bahan bakar, pemakaian oli, pemakaian ban serta biaya suku cadang akan dipengaruhi oleh perubahan kecepatan dan jarak tempuh kendaraan.
"Selain itu, pengendara mobil harus menanggung biaya dua kali lipat saat terjebak macet di Jalan Lontar, Surabaya," katanya.
Berdasarkan riset yang dilakukan pada periode Agustus 2023, biaya operasional mobil yang terjebak macet di Lontar Rp12.937 per kilometer. Sedangkan ambang batas atas tarif taksi online di Jawa Timur Rp 6.500 per kilometer.
“Jadi, bisa dibilang wilayah barat terjadi pemborosan sekitar Rp5 M per tahun,” imbuh Hery.
Selain itu, ada beberapa dampak dari segi estimasi pertumbuhan ekonomi. Estimasi peningkatan output di Kelurahan Lontar dalam empat tahun mendatang meningkat sebesar kurang lebih Rp4,2 triliun.
Menurutnya, semakin lancarnya akses akan mempercepat pergerakan barang dan jasa dari sisi waktu dan biaya. Sehingga Radial Road menjadi significant contributor dalam pertumbuhan ekonomi Surabaya di masa mendatang.
Sementara itu, pengolah data statistik dalam penelitian ini Idfi Setyaningrum
mengungkapkan, dampak dari radial road ini juga membuat estimasi penyerapan tenaga kerja mencapai 1.320 pekerja.
Ia menyadari bahwa Lontar bukan satu-satunya titik kemacetan di Surabaya. Tetapi, adanya pembangunan radial road di Surabaya barat bisa menjadi langkah awal penerapan radial road untuk atasi kemacetan.
"Tentu nanti bisa terlihat hasil dari radial road di Surabaya Barat sebagai bahan evaluasi pemerintah. Perlu dilihat juga adanya masalah situasional, ada variabel ekonomi dan lainnya," terangnya.
Diketahui, hasil survey masyarakat mengeluhkan kemacetan, debu dan polusi serta ketidaknyamanan pengguna jalan. Mereka juga memiliki ekspektasi dengan adanya pembangunan radial road adalah adanya kemudahan akses, menghilangkan keruwetan di Jalan Lontar, serta kemudahan bagi warga Jalan Lontar dalam beraktivitas sosial.
Ekspektasi masyarakat terkait dampak positif dengan dibangunnya Radial Road adalah mampu mengurangi kecelakaan 10 persen, wilayah menjadi aman 10 persen, dapat mengurai kemacetan (tidak macet lagi) 80 persen.
Ekspektasi masyarakat terkait saat pembangunan Radial Road berlangsung (bisa dipakai sebagai antisipasi saat Pembangunan) adalah polusi debu 2,62 persen, harus berputar-putar mencari jalan alternatif 2,62 persen, tidak menguntungkan bagi unit usaha sepanjang jalan Lontar 10,53 persen, terjadinya kemacetan saat pembangunan 84,23 persen.
“Secara keseluruhan persepsi masyarakat Lontar menyatakan 70 persen setuju dengan adanya pembangunan radial road, 30 persen responden memiliki persepsi netral,” ungkap Idfi.