Pakar Sebut Testing Kota Surabaya Masih Lemah
Pakar Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Dr Windhu Purnomo menyebut sudah ada peningkatan jumlah tracing di Kota Surabaya. Sayangnya, angka yang sudah membaik tidak sejalan dengan jumlah testing yang dicapai.
Ia mencontohkan, berdasar data yang ia terima sampai 16 Agustus 2021, tercatat angka insiden mingguan 102,72 per 100 ribu penduduk dikali 2.874.314 jumlah penduduk terdapat 2.953 kasus per minggu atau 422 per hari.
Berdasar data, rasio lacak sudah 1/19,50 dari batas minimal yang diberikan World Health Organization (WHO) untuk Indonesia 1/15 orang kontak erat dari satu kasus positif. Apabila sesuai, maka angka testing harusnya mencapai 8.225 testing.
“Lalu saat ini angka positivity rate Kota Surabaya 23,46 persen dibagi dengan 422 kasus per hari, maka hanya 1.798 tes per hari. Padahal angka yang harus dites itu 8.225. berarti ada gap 6.427 kontak erat yang tidak dilanjutkan dengan tes. Artinya, tes kita masih jelek, padahal tracing kita sudah cukup bagus, ada peningkatan,” ungkap Windhu, Rabu 18 Agustus 2021.
Karena itu, ia meminta kepada Pemkot Surabaya untuk mencari penyebab mengapa angka testing masih rendah. Padahal testing ini harus diperkuat, mengingat pemerintah secara perlahan membuka beberapa sektor ekonomi untuk melakukan pemulihan ekonomi.
“Apalagi sekarang mal sudah kita longgarkan, pasar sudah ramai, dan lainnya. Lalu tanpa kita ketahui, di dalam itu campur positif dan negatif. Maka, lonjakan kasus besar bisa terjadi. Yang harus dilakukan adalah, semua yang kita lacak harus kita tes dengan cara apapun,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini sudah bukan alasan kekurangan alat testing. Karena kalau memang menggunakan PCR terlalu mahal untuk mendatangkan reagen, maka bisa menggunakan alat rapid test. Kemudian, yang dites adalah kontak erat dan suspek. Paling penting seluruh elemen pentahelix harus mampu meminta masyarakat agar mau dites, jangan sampai ada penolakan.
Apabila sudah ditemukan kasusnya, baru kasus positif harus menjalani isolasi di tempat isolasi terpadu (isoter) baik yang disediakan oleh pemerintah maupun rumah sakit rujukan. Sebab, kunci menekan penyebaran adalah memisahkan antara yang positif dan negatif.
Tak hanya itu, Windhu juga meminta kepada Pemkot Surabaya bersama seluruh warga Surabaya agar tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Serta, khusus bagi Pemkot Surabaya agar mempercepat proses vaksinasi kepada warga.
Advertisement