Pakar Sebut Live TikTok Anies dan Ganjar Bisa Gaet Suara Milenial
Kemunculan capres Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo dalam siaran langsung di aplikasi TikTok, dinilai sebagai sebuah gebrakan baru untuk berkampanye. Setidaknya terjadi di tengah melonjaknya penggunaan media sosial oleh masyarakat dan perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Suko Widodo menilai usaha para capres untuk membuka diri lewat siaran langsung secara personal di sosial media ini merupakan dampak dari masifnya perkembangan teknologi selama dua tahun terakhir ini.
"Memang penggunaan media sosial TikTok untuk berkampanye baru ada pada pemilu tahun ini. Platform baru ini juga memang masif penontonnya dan ini adalah pilihan media cerdas dan mereka berhasil membuka ruang-ruang kampanye digital yang baru," ujarnya pada Senin 8 Januari 2024.
Suko menyebut ada dua kelebihan yang diraih dari cara berkampanye dengan menggunakan media sosial seperti siaran langsung TikTok ini. Kelebihannya adalah efisien dan dapat menjangkau generasi milenial yang masif menggunakan platform media sosial TikTok.
"Saya rasa cara ini efisien bahwa generasi milenial yang akan menggunakan hak suaranya nanti juga memakai media ini dan efektif. Anies dan Ganjar dapat menjangkau seluruh penikmat sosial media, salah satunya adalah generasi milenial yang senang menyelam di sosial media," tambahnya.
Namun di balik model kampanye yang efisien dan efektif ini, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga ini juga menengok, ada kelemahan yang tampak. Kelemahan adalah siaran langsung lewat media sosial belum bisa menggantikan ruang-ruang yang nyata dan model kampanye door to door yang masih diminati oleh masyarakat menurutnya.
"Kelemahannya adalah ruang digital ini tidak dapat face to face. Kebanyakan orang masih ingin dikunjungi. Model rembugan ala pak Ganjar atau Desak Anies itu disukai orang. Bahkan para pemegang hak suara yang telah menentukan jagoannya, bisa saja berubah pikiran jika berkunjung dan menyimak langkah rembugan atau diskusi terbuka yang diadakan calon presiden lainnya. Pertemuan langsung akan menancapkan awareness dan visi-misi juga menambah ketertarikan seseorang untuk mencoblos," ujarnya.
Suko menambahkan, dengan di dalam empirik pemilihan umum, kebanyakan anak muda masih memiliki kecenderungan untuk golput. Pengaruh cukup besar dalam milenial ini harus menjadi perhatian tim sukses juga relawan yang berjuang untuk meraih suara sebanyak-banyaknya.
"Karena itu di situ harus dimanfaatkan oleh pak Anies dan pak Ganjar bahwa kita tidak cukup berdebat dan berdiskusi di forum debat KPU saja. Tapi di forum-forum digital, mereka mengajak masyarakat, khususnya para milenial untuk diskusi dan suara mereka bisa menjadi menjadi bagian dari mobilisasi," ungkapnya.
Dengan langkah awal yang dilakukan oleh Anies dan Ganjar sebagai pionir dalam mengadakan kampanye dan diskusi di ruang-ruang digital, Suko melihat bahwa akan ada peningkatan elektabilitas dari masing-masing capres yang dapat dianggap peduli dan tanggap dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
"Ini akan berpotensi meningkatkan elektabilitas mereka pada jumlah yang cukup besar. Jadi pas, teknologinya tersedia dan mereka bisa interaktif. Mereka berhasil meraih dan menemukan jalan baru untuk menggaet para pemilih millenial, khususnya para pemilih pemula. Mereka harus istiqomah mengelola ini," pungkasnya.