Pakar Sebut Gagasan Ganjar Bisa Wujudkan Ketahanan Pangan
Presiden Joko Widodo membisiki calon presiden (capres) yang diusung PDIP dan koalisi, soal pentingnya isu pangan, pada Rakernas IV PDIP di Jakarta, Sabtu, 30 September 2023. Jokowi meminta Ganjar agar menyiapkan langkah strategis soal pangan mulai dari sekarang.
"Tadi saya bisik-bisik ke beliau (Ganjar), 'Pak, nanti habis dilantik, besoknya langsung masuk kedaulatan pangan, enggak usah lama-lama. Perencanaannya disiapkan sekarang, begitu dilantik, besok langsung masuk ke kerja kedaulatan pangan,'," kata Jokowi saat memberi sambutan dalam Rakerna.
Jokowi percaya, Ganjar mampu menangani persoalan pangan. Sebab, seperti kata Bung Karno, persoalan pangan adalah soal hidup matinya bangsa. Lalu, bagaimana rekam jejak Ganjar menangani soal pangan dan pertanian selama menjabat Gubernur Jawa Tengah selama dua periode?
Pertanian di Jawa Tengah (Jateng) mengalami kemajuan pesat saat Ganjar Pranowo menjabat sebagai Gubernur selama dua periode, 2013-2023. Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang (USM), Prof Dr Ir Haslina, menilai gagasan dan kebijakan Ganjar soal pertanian layak diterapkan secara nasional.
Menurut Prof Haslina, gagasan dan kebijakan Ganjar di bidang pertanian sudah teruji di Jawa Tengah. Ganjar dinilai berhasil menangani soal pertanian dari hulu hingga hilir. Menjadikan Jateng swasembada beras, serta mendorong diversifikasi pangan.
Misalnya, upaya keras Ganjar dalam menjaga kestabilan harga produk pertanian. Sehingga, harga produk pertanian bisa terkontrol.
"Kami optimis, ya optimis ya, Insya Allah, bisa dilakukan oleh Pak Ganjar (dilakukan di Indonesia). Apa yang terjadi di Jateng sudah memberikan satu contoh yang baik."
"Dari ketahanan pangan, stabilitas harga terjaga dengan baik, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan baik, dan pemberdayaan masyarakat miskin juga berjalan dengan baik" kata Prof Dr Ir Haslina, belum lama ini.
Menurut Haslina, jika nanti Ganjar terpilih sebagai Presiden Indonesia, apa yang dilakukan pada suksesnya ketahanan pangan di Jateng bisa direplikasi di wilayah lain, bahkan untuk skala nasional. Ia mencontohkan, daerah Sukoharjo berhasil surplus tinggi dalam produksi serealia, umbi-umbian, dan beras.
"Harapannya, surplus tersebut tidak hanya bisa terjadi di Kabupaten Sukoharjo, tapi di seluruh daerah di Indonesia," ucapnya.
Sebagai informasi, Ganjar memiliki beberapa langkah strategis menjaga pertanian. Seperti, gerakan lumbung pangan, gerakan tanam pangan di pekarangan, pendampingan dan akses permodalan terhadap UMKM pengolah pangan lokal dan lainnya.
"Dari beberapa pilihan itu, saya pikir semuanya sudah terlaksana. Hanya belum semuanya ditindaklanjuti. Mungkin butuh proses secara bertahap."
"Selama ini, contoh saja yang sudah riil terlaksana, seperti kami dari akademisi, ikut berpartisipasi pada kegiatan sebagai juri dan narasumber pada lomba kreasi pangan lokal beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA) berbasis sumberdaya lokal," beber Haslina.
Selama memimpin Jateng, kondisi ketahanan pangan dinilai sudah berjalan dengan baik. Terutama dalam hal Ganjar menjaga stabilitas harga pangan. Selain itu, ia melihat upaya Ganjar dalam pemberdayaan masyarakat miskin serta mengantisipasi kerawanan pangan sangat membantu masyarakat.
Ganjar juga menginisiasi berdirinya Badan Usaha Milik Petani (BUMP), yang merupakan badan usaha yang dibentuk, dimiliki, dan dikelola oleh petani. BUMP dimaksudkan untuk memperbaiki mutu budidaya dan pengelolaan usaha tani demi terwujudnya peningkatan produktivitas, nilai-tambah produk, dan perbaikan pendapatan usaha tani, perbaikan daya tawar dan kemampuan membangun kemitraan strategis yang maju, inovatif, dan berkelanjutan.
Saat ini, BUMP sudah berdiri di sejumlah daerah di Jateng. Di antaranya di Sukoharjo, Banyumas, Blora, Jepara, Kebumen, Purbalingga, dan Pati.
Selama Ganjar menjabat sebagai Gubernur, Jateng merupakan daerah lumbung beras nasional. Dengan swasembada beras, Jateng mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri tanpa mendatangkan beras dari daerah lain. Data hingga semester I 2023 menunjukkan, produksi padi di Jateng mencapai angka yang mengesankan, yaitu 9,2 juta ton padi atau setara dengan 5,4 juta ton beras.
Bahkan Jateng memiliki surplus padi sebanyak 1,2 juta ton. Beras yang dihasilkan Jateng juga dikenal di tingkat internasional. Sejumlah negara menjadi tujuan ekspor beras dari Jateng, dan membawa citra positif bagi produk pertanian Indonesia.
Misalnya, beras premium organik dari Sragen diekspor ke Arab Saudi, sementara Semarang mengirimkan beras organiknya ke Arab Saudi dan Yaman. Selain itu, Wonogiri juga terlibat aktif dalam perdagangan internasional dengan mengekspor beras ke beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Prancis, Italia, Singapura, dan Malaysia.
Prestasi Jateng ini merupakan hasil kerja keras dari petani dan dukungan Gubernur Ganjar dalam meningkatkan produksi dan kualitas beras. Para petani di daerah penghasil beras terbesar di Jateng, antara lain di Grobogan, Sragen, Cilacap, Demak, Pati, Blora, Brebes, Pemalang, dan Wonogiri, berkontribusi besar dalam pencapaian swasembada beras.
Advertisement