Pakar: Peringatan Dini Bencana dari Masyarakat Harus Diwujudkan
Pakar Kompartemen Kebencanaan IKA ITS, Dr. Ir. Amien Widodo mengatakan, terjangan awan panas atau wedus gembel dari erupsi gunung Semeru ini yang menyebabkan korban jiwa. Kondisi korban kebanyakan mengalami luka bakar karena awan panas tersebut.
Amien Widodo yang langsung terjun ke lokasi bersama para peneliti dan mahasiswanya mengungkapkan, sebenarnya sudah ada peta untuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Semeru.
"Ada KRB 2 untuk kawasan rawan awan panas dan KRB 1 untuk kawasan rawan luapan lahar. Keduanya sama-sama berbahayanya. Perlu kewaspadaan bagi masyarakat yang tinggal di bibir sungai," kata Amien, Selasa, 14 Desember 2021.
Ia kembali mengingatkan masyarakat yang tinggal di bibir sungai untuk meningkatkan kewaspadaan. Pihaknya sangat berharap terjalinnya hubungan masyarakat di hulu sampai hilir untuk bersepaham dan bergotong-royong mewujudkan semacam Early Warning System (EWS) atau sistem peringatan dini.
Sistem peringatan dini yang dimaksud Amien ialah tombol bahaya, sirine, atau media semacam.
"Kalau dipencet semua mendengar, bisa berbuat apa yang harus dilakukan. Bisa lari menyelamatkan diri dengan cepat. Bila ada kejadian di hulu, masyarakat di hilir segera bisa mendapatkan informasinya," jelas Amien.
"Kalau dulu ada kentongan sebagai tombol tanda bahaya, sekarang ini dengan bantuan teknologi masyarakat punya HP, harus kerja sama, pakai HP, ada bahaya ditombol atau dikabarkan, semua bisa langsung bertindak," imbuhnya.
Amien menambahkan, sistem peringatan dini kebencanaan harus segera diwujudkan bukan hanya untuk Semeru, tapi juga untuk kawasan gunung yang masih aktif di Indonesia.
Kompartemen Kebencanaan IKA ITS akan berupaya menggalang dan bersinergi dengan pihak terkait, memberikan masukan untuk segera terealisasinya hal tersebut.
”Kita akan upayakan segera. Dengan teknologi yang ada, akan bisa segera diupayakan karena masyarakat sangat membutuhkannya,” kata Amien.