Pakar Epidemologi Sarankan Sanksi Kejam Bagi Pelanggar PSBB
Dua kali penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya di Surabaya, Sidoarjo dan sebagian wilayah Gresik dinyatakan gagal memenuhi harapan. PSBB diharapkan menekan angka penyebaran, tapi justru penyebaran virus ini kian masif.
Karena itu, Pakar Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Dr. Windhu Purnomo merekomendasi agar pemberlakuan PSBB Surabaya kembali diperpanjang untuk ketiga kalinya selama dua minggu.
Tak cukup itu, perlu ada upaya lebih agar PSBB yang dijalankan dapat memberi dampak signifikan. “PSBB harus dilanjutkan dengan lebih tegas tidak kayak sekarang masih abal-abal,” ungkap Windhu ketika dikonfrimasi, Minggu 24 Mei 2020.
Abal-abal, jelas Windhu, karena diakhir masa penerapan PSBB jilid 2 justru makin banyak kerumunan yang terjadi di berbagai tempat seperti mal, pasar, toko sembako, hingga warung-warung kopi.
Sebelumnya, ada klaster mal dan pasar seperti yang disampaikan oleh Koordinator Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim.
“Masalahnya, prosesnya (penindakan) tidak berjalan baik. Harapan saya, kalau bisa harusnya Pergub, Perwali dan Perbup harus ditambahi sanksi yang lebih keras. Kalau selama ini sanksinya gitu-gitu tok orang tidak manut. Wong sanksinya tidak tegas,” imbuh Windhu.
Selain itu, dia menilai, Pemprov atau Gugus Tugas Jatim harus bergerak cepat menjalankan upaya triple T (test, tracing dan treatment) karena saat ini banyak orang positif tanpa gejala (OTG) yang masih berkeliaran.
Seperti yang dijelaskan oleh Koordinator Rumpun Kuratif Gugus Tugas Jatim, Dr. Joni Wahyuhadi, banyak orang-orang usia muda dengan imunitas yang baik sehingga tidak menimbulkan gejala meski tubuhnya sudah dimasuki oleh virus.
“Untuk Covid-19 tiga T (testing, tracing dan treatment) harus dilakukan. Meski saat ini terlambat, tapi tetep tiga T karena kita harus cari orang yang positif karena kalau tidak akan nular terus. Nanti masuk RS akhirnya overcapacity. Tes kemudian langsung tracing, kalau sudah ketemu liat gejalanya untuk di treatmen,” paparnya.
Berdasar evaluasi yang dilakukannya bersama tim merekomendasi agar dilakukan perpanjangan masa PSBB. Alasannya karena angka penyebaran justru kian meningkat tajam. Utamanya di Surabaya dan Sidoarjo.
Selain itu berdasar bilangan reproduksi dasar tingkat saat ini 1,4. Artinya, 1 orang bisa menyebarkan virus pada 1,4 orang lainnya. Paling parah, angka recovery rate (kesembuhan) justru lebih rendah dari angka kematian. Dari data angka kesembuhan di tiga daerah masih 8,1 persen, sedangkan angka kematiannya 9,5 persen.
Advertisement