Pakar Epidemiologi: Tips Anak Anemia agar Tidak Terpapar Covid-19
Anemia menjadi salah satu penyumbang beban penyakit terbesar secara global. Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan, 1,62 miliar orang atau 24,8 persen populasi global menderita anemia. Yang mengejutkan, hampir setengahnya diidap anak-anak lalu disusul oleh ibu hamil.
Kekurangan zat besi pada anak dapat berakibat buruk pada perkembangan anak. Bahkan, menurut Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr dr M. Atoillah Isfandiari MKes, anak yang menderita anemia lebih rentan terpapar Covid-19.
"Anemia merupakan keadaan darah tidak bisa mengangkut oksigen secara optimal ke seluruh tubuh. Sebab, oksigen hanya tertampung pada sel darah merah," jelas pakar Epidemiologi ini.
Atoillah mengatakan, anak yang menderita anemia itu memiliki tiga ciri-ciri, yaitu 3L (letih, lemas, dan lesu). Sehingga, menyebabkan anak kurang konsentrasi, mudah mengantuk, lemas.
Untuk menghindarkan anak menderita anemia agar tidak mudah terpapar Covid-19, Atoillah membagikan tiga tips sebagai pencegahan.
Pertama, ujar Atoillah, anemia disebabkan karena asupan gizi yang kurang. Seperti kurangnya zat besi dalam tubuh, dimana zat besi gizi penting untuk organ dan tumbuh kembang anak.
"Untuk mencegah itu selama pandemi ini, nutrisi yang mengandung zat besi harus dijaga. Terutama yang mengandung klorofil atau sayur hijau harus sering diberikan pada anak," ujarnya.
Kedua, anemia disebabkan oleh penyakit infeksi kronis. Seperti cacingan atau malaria. Agar anak tidak anemia pastikan anak tidak menderita cacingan.
"Untuk memastikan anak cacingan atau tidak harus pemriksaan laboratorium. Misalnya, anak makan banyak, tapi kok masih lemas kurang konsentarasi, pucat. Jangan-jangan karena cacingan harus segera diperiksakan," imbuh Atoillah.
Ketiga, anemia tergolong penyakit genetik. Atoillah menyebut, anak idap anemia memang sudah ada keturunan dari orangtua. Untuk pencegahan harus sejak awal di lakukan oleh orangtua.
"Orangtua sebelum menikah harus memastikan kalau keduanya tidak menderita anemia turunan. Atau salah satu menderita anemia bisa menyebabkan anak anemia. Pencegahan ini dimuali dari pemeriksaan primarita consil," tutupnya.