Pakar Biomolekular Unair, Tertarik Teliti Dua Mutasi Virus Covid
Pakar Biomolekular Universitas Airlangga (Unair) Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengatakan, dari enam whole genome mutasi virus Covid-19, para peneliti Unair tertarik untuk memfokuskan penelitian pada dua mutasi, yakni D614G dan Q677H.
Menurut Nyoman, pihaknya punya alasan tersendiri untuk terus meneliti dua mutasi virus Covid-19 dari enam mutasi yang ditemukan.
"Untuk virus 677 strain virusnya lebih ke Eropa. Munurut data global mutasi 677 ini sudah ada di 13 negara, termasuk Indonesia. Tapi di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya," kata Nyoman, Senin, 31 Agustus 2020.
Sementara mutasi 644 sendiri, ujar Nyoman sudah ada di Indonesia sejak Januari, namun karena keterbatasan data. Data virus 644 di Unair baru di submit sekitar bulan Mei.
"Dari awal kami tertarik dengan dua jenis mutasi ini. Kami tertarik dua jenis mutasi ini karena lokasi mutasinya terjadi di spek dan spek penting untuk menempel pada reseptor manusia. Karena menempel di spek, kami ingin mencari tahu apakah dua titik mutasi ini akan berpengaruh atau tidak terhadap daya infeksi virus pada waktu itu di bulan Mei," jelasnya.
Lanjut Nyoman, jumlah pasien yang terkonfirmasi terpapar mutasi Covid-19 614 sudah 77,5 persen, sedangkan 677 baru ada yang terkonfirmasi 0,12 persen.
Meski angka terpapar mutasi 614 lebih tinggi, Nyoman tidak bisa mengaitkan hal tersebut pada angka kematian yang tinggi karena Covid-19 di Indonesia.
"Saat ini belum ada data atau laporan, baik jurnal internasional maupun informasi yang mengatakan mutasi ini menyebabkan peningkatan angka kematian, belum diketahui," kata dia.
Nyoman menjelaskan, saat ini yang diketahui adalah meningkatkan infektifitasnya. Jadi meningkatkan penyebaran yang lebih meluas. Tapi untuk menyebabkan angka kematian tinggi itu belum terbukti.
"Untuk 614 memang penyebaran menjadi cepat karena ada mutasi meningkatkan daya infektifitasnya, tapi tidak menyebabkan kematian," tutupnya.