Pakan Ternak Juga Bisa Tercemar Dioksin, Ini Jawaban Pakar
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebelumnya menyebut jika ayam yang beredar di Jawa Timur mayoritas bebas dari cemaran dioksin. Pasalnya, mayoritas telur yang beredar di pasar adalah telur dari peternakan yang sudah menerapkan good farming practices.
Good farming practices adalah tatalaksana peternakan yang meliputi segala aktivitas teknis dan higienis dalam hal pemeliharaan sehari-hari, cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi serta pencegahan dan pengobatan penyakit.
"Sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices, dan sisanya 3,7 persen telur dari ayam buras/kampung yang belum dikandangkan secara permanen, di antaranya ditemukan di daerah Tropodo. Untuk itu, masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah, Minggu 17 November 2019.
Namun benarkah apabila sudah menerapkan good farming practices maka telur akan dari cemaran dioksin? Mengutip dari jurnal-kopertis4 yang ditulis oleh dosen Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, Jawa Barat, yang ditulis Ruhendra, dia menuliskan jika cemaran dioksin ternyata bisa juga berasal dari pakan ternak.
“Dari berbagai sumber yang ada, pencemaran ini berasal dari kontaminasi sejumlah besar dioksin pada makanan ternak yang didistribusikan ke ratusan peternakan di Belgia, Belanda, dan Perancis. Dari hasil pengkajian diduga bahwa pencemaran ini berasal dari lemak untuk membuat makanan ternak yang disimpan pada kontainer yang terkontaminasi dioksin,” tulis Ruhendra
Pakar peternakan dari Universitas Brawijaya Malang, Profesor Suyadi membenarkan jika bukan hanya ayam yang dipelihara secara liar saja bisa mengandung cemaran dioksin. Menurutnya, telur ayam dari peternakan ayam untuk komersial juga tak tertutup kemungkinan terkontaminasi dioksin yang berasal dari pakan ternak.
Namun khusus untuk Indonesia, Suyadi menyebut ada yang berbeda.
"Jika di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, pakan ternak tidak memakai bahan dari lemak makanan. Karena di Jawa Timur sendiri bukan penghasil lemak hewani," tutur Profesor Suyadi ketika dihubungi melalui sambungan telepon seluler, pada Senin 18 November 2019.
Untuk di Jawa Timur sendiri ungkap Suyadi, pakan ternak menggunakan biji-bijian tumbuhan seperti jagung, kedelai dan tepung ikan yang kemudian dicampur menjadi satu.
"Apalagi pakan ayam petelur komersial itu mutunya selalu dijaga. Mulai dari air minum, pakan ayam itu dijaga, karena akan berpengaruh terhadap produksi telur. Peternak tentu tidak mau rugi," ujarnya.
Berkaca dari kasus di Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur, Suyadi menjelaskan untuk di kawasan Malang Raya sendiri ia tidak pernah menemukan peternakan ayam petelur yang dilepasliarkan di pembuangan sampah.
"Saya sudah meninjau di beberapa lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA), baik itu di Malang Kota maupun di Malang Kabupaten, tidak ada peternakan ayam komersil yang berada di dekat TPA," tutupnya.
Seperti diberitakan oleh ngopibareng.id sebelumnya, masyarakat khawatir dengan kabar yang beredar yang menyebut telur ayam produksi Jawa Timur terkontaminasi dioksin. Telur-telur ini menjadi tercemar dioksin karena cara pemeliharaannya yang dilepasliarkan di area tempat sampah plastik.
Para peneliti dari jaringan kesehatan lingkungan global The International Pollutants Elimination Network (IPEN) bersama Asosiasi Arnika dan beberapa organisasi lokal merilis laporan Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain dan tersiar menjadi informasi ini di sejumlah media.
Dalam penelitiannya yang dilakukan di Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur, itu, menyatakan bahwa telur dari ayam kampung yang mencari makanan di sekitar tumpukan sampah plastik memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah di dunia.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa telur yang dikumpulkan para peneliti dari masyarakat di Tropodo, Sidoarjo, ditemukan mengandung bahan kimia seperti dioksin dan asam perfluorooctanesulfonic (PFOS).
Dioksin bisa menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti kardiovaskular, kanker, diabetes, dan endometriosis, sedangkan PFOS menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh.