Pakaian Bawah Perempuan Bergantungan, Militer Myanmar pun Keder
Ini bukan sedar humor atau lelucon di tengah represi kekuasaan. Warga Myanmar punya cara yang unik untuk melawan para junta militer di negerinya. Untuk menghalau kekejaman militer pasca-kude di Myanmar, warga memajang pakaian perempuan dengan cara dijemur di jalanan.
Pakian bagian bawah perempuan yang dijemur seperti celana dalam, rok, dan lain-lain. Mereka melintang di jalanan dengan begitu saja.
Menurut kepercayaan lama di Myanmar, pakaian bagian bawah perempuan dapat menguras tenaga pria yang dikenal sebagai 'hpone'.
“Jika mereka berada di bawah longyi, itu berarti hpone mereka bisa hancur,” kata aktivis, Thinzar Shunlei Yi, dikutip dari The Star, Senin 8 Maret 2021.
Cata tersebut dinilai sangat efektif, karena para tentara tidak akan mendekati pakaian perempuan yang dipajang di jalanan karena mereka takut kehilangan tenaga.
"Masyarakat menggantung longyi di tali, (polisi dan tentara) tidak bisa turun ke jalan. Mereka tidak bisa menyeberanginya dan harus menurunkannya,” kata Thinzar.
Foto yang diunggah di Facebook menunjukkan ada seorang tentara berdiri di truk untuk memindahkan pakaian tersebut.
Bebaskan pendemo
Sementara itu, kabar terakhir, ribuan demonstran muda anti-kudeta Myanmar yang ditahan oleh pasukan keamanan di Yangon akhirnya dibebaskan.
Aktivis pemuda Shar Ya Mone mengatakan dia berada di sebuah gedung dengan 15 hingga 20 orang lainnya, namun sekarang sudah dapat kembali pulang.
"Ada banyak tumpangan mobil gratis dan orang-orang menyambut para pengunjuk rasa," kata Shar Ya Mone, seperti yang dikutip Reuters, Selasa 9 Maret 2021.
Ia berjanji akan terus berdemonstrasi sampai kediktatoran di Myanmar berakhir.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya menyerukan pengekangan maksimum dan pembebasan aman untuk semua pengunjuk rasa tanpa kekerasan atau penangkapan.
Seruan yang juga digemakan oleh kedutaan besar AS dan Inggris di Myanmar.
Sebelumnya, ribuan orang menentang jam malam agar bisa turun ke jalan di kota utama Myanmar untuk mendukung para pemuda di distrik Sanchaung, tempat mereka mengadakan protes harian.
Polisi mengumumkan akan memeriksa rumah di Saunchang. Memastikan apakah ada orang dari luar distrik dan akan menghukum siapa pun yang ketahuan menyembunyikannya.
Pengunjuk rasa lain memposting di media sosial bahwa mereka bisa meninggalkan daerah sekitar jam 5 pagi setelah pasukan keamanan mundur.
Kelompok hak advokasi mengatakan sekitar 50 orang ditangkap di Sanchaung setelah polisi menggeledah rumah, meskipun pemeriksaan masih terus dilakukan.